Ancaman E-commerce Luar Negeri: Temu, Lebih Berbahaya dari TikTok Shop? **

E-commerce global semakin agresif dalam menguasai pasar Indonesia. Salah satu ancaman terbaru datang dari aplikasi Temu, platform belanja online asal China yang menawarkan harga murah dengan sistem cross border. Menteri UKM Teten Masduki bahkan menyebut Temu lebih berbahaya dari TikTok Shop karena sistemnya yang langsung menghubungkan penjual dari luar negeri ke konsumen, tanpa melibatkan reseller, affiliator, dan pihak ketiga. Keberadaan Temu mengancam keberlangsungan UMKM dalam negeri. Sistem tanpa rantai pasok barang yang diterapkan Temu membuat harga produk jauh lebih murah, sehingga konsumen cenderung memilih produk dari Temu. Hal ini dapat menyebabkan penurunan penjualan dan bahkan kematian bagi UMKM yang tidak mampu bersaing dengan harga murah dari Temu. Ancaman Temu semakin nyata dengan jumlah unduhan dan pengguna aktif yang sangat besar. Temu telah diunduh lebih dari 165 juta kali dan memiliki 167 juta pengguna aktif setiap bulannya. Di Amerika Serikat, Temu bahkan memiliki lebih dari 50 juta pengguna. Kepopuleran Temu di AS juga didukung oleh iklan yang masif. Temu telah menggelontorkan miliaran dollar untuk beriklan dan menjadi pengiklan terbesar kelima di AS pada kuartal keempat 2023. Keberhasilan Temu di AS menjadi sinyal bahaya bagi UMKM Indonesia. Jika Temu berhasil menguasai pasar Indonesia, maka akan semakin sulit bagi UMKM untuk bertahan hidup. Pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk melindungi UMKM dari ancaman e-commerce luar negeri seperti Temu. Wawasan:** Ancaman e-commerce luar negeri seperti Temu bukan hanya masalah bagi UMKM, tetapi juga bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Jika UMKM terpuruk, maka akan berdampak pada lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh stakeholder perlu bersinergi untuk menghadapi ancaman ini dan membangun ekosistem e-commerce yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak.