Pentingnya Memahami Asal Usul Kata "Nusantara

Kata "nusantara" secara historis bermula dari Kitab Empu Tantular. Kitab ini ditulis oleh Empu Tantular, seorang sastrawan Jawa pada abad ke-14. Dalam kitab ini, Empu Tantular menggunakan kata "nusantara" untuk merujuk pada wilayah kepulauan di Asia Tenggara.

Namun, penggunaan kata "nusantara" dalam konteks nasionalisme Indonesia dimulai pada Kongres Pemuda Indonesia II. Kongres ini diadakan pada tahun 1928 di Batavia (sekarang Jakarta) dan dihadiri oleh pemuda-pemuda Indonesia dari berbagai daerah. Pada kongres ini, mereka menyepakati Sumpah Pemuda yang salah satunya berbunyi "Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa". Dalam konteks ini, kata "nusantara" digunakan untuk menyatukan berbagai suku bangsa dan pulau-pulau di Indonesia menjadi satu kesatuan.

Selain itu, kata "nusantara" juga memiliki akar sejarah yang lebih tua. Bunyi Sumpah Palapa yang terkenal, yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada pada tahun 1336, juga menggunakan kata "nusantara". Dalam sumpah ini, Gajah Mada berjanji untuk tidak memakan palapa (buah pala) sebelum berhasil menyatukan seluruh nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.

Terakhir, Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa dan tokoh pendidikan Indonesia, juga menggunakan kata "nusantara" dalam karyanya. Ki Hajar Dewantara menganggap "nusantara" sebagai istilah yang lebih inklusif daripada "Indonesia" untuk merujuk pada wilayah kepulauan di Asia Tenggara.

Dalam kesimpulan, kata "nusantara" memiliki asal usul yang beragam dan penting untuk dipahami dalam konteks sejarah dan nasionalisme Indonesia. Dari Kitab Empu Tantular hingga Kongres Pemuda Indonesia II, Bunyi Sumpah Palapa, dan pemikiran Ki Hajar Dewantara, kata "nusantara" telah menjadi simbol persatuan dan identitas bangsa Indonesia.