Munculnya Sentimen Anti Tionghoa pada Masa Pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo

Sentimen anti Tionghoa di Indonesia mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo. Kabinet ini berlangsung dari tahun 1953 hingga 1955 dan menjadi periode penting dalam sejarah Indonesia. Selama masa ini, sentimen anti Tionghoa semakin kuat di kalangan masyarakat Indonesia. Salah satu faktor utama yang menyebabkan munculnya sentimen anti Tionghoa adalah ketidakadilan sosial dan ekonomi yang dialami oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Pada masa itu, masyarakat Tionghoa mengalami diskriminasi dan penindasan dari segi ekonomi. Mereka dikecualikan dari berbagai kebijakan pemerintah dan mengalami pengecualian dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini menyebabkan masyarakat Tionghoa merasa tidak dihargai dan diperlakukan tidak adil. Selain itu, faktor politik juga memainkan peran penting dalam munculnya sentimen anti Tionghoa. Pada masa itu, Indonesia mengalami konflik politik internal dan eksternal. Beberapa kelompok politik memanfaatkan sentimen anti Tionghoa untuk memperkuat posisi mereka dan mencapai tujuan politik mereka. Mereka memperkuat stereotip negatif terhadap masyarakat Tionghoa dan memperluas diskriminasi terhadap mereka. Dalam konteks ini, sentimen anti Tionghoa bukan hanya merupakan refleksi dari ketidakadilan sosial dan ekonomi, tetapi juga merupakan hasil dari dinamika politik yang kompleks. Munculnya sentimen ini menunjukkan betapa pentingnya mengatasi diskriminasi dan mempromosikan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman di Indonesia.