Senja yang Menangis: Kisah Lia dan Sila **

Senja menyapa dengan langit jingga yang lembut, namun di dalam rumah, suasana berbeda. Lia dan Sila, dua gadis yang biasanya ceria, duduk terdiam di sudut ruangan, air mata mengalir deras di pipi mereka. "Kenapa kalian menangis, sayang?" tanya Shani, kakak tertua mereka, dengan lembut. Lia dan Sila hanya menggeleng, isak tangis mereka semakin keras. Shani tahu, ini bukan tangisan biasa. Ini adalah tangisan yang berasal dari dalam hati mereka, tangisan yang tak terucapkan. Beberapa minggu terakhir, Lia dan Sila berubah. Mereka menjadi sensitif, mudah menangis, dan seringkali bertingkah seperti anak kecil. Dokter mendiagnosis bahwa mereka memiliki kondisi yang membuat mereka bisa kembali ke masa kanak-kanak kapan saja dan di mana saja. "Kita harus selalu bersama mereka," kata Cindy, adik Shani, dengan suara bergetar. "Mereka butuh kita." Malam tiba, dan Lia dan Sila kembali menangis tanpa alasan yang jelas. Shani, Gracia, Feni, Jinan, Celine, dan Cindy bergantian menenangkan mereka. Mereka bernyanyi, bercerita, dan bermain bersama, berusaha membuat Lia dan Sila merasa aman dan nyaman. "Kita akan selalu ada untuk kalian," bisik Shani, memeluk erat Lia dan Sila. "Kalian tidak sendirian." Di tengah tangisan dan kesedihan, ada secercah harapan. Keluarga besar ini bersatu, saling menguatkan, dan berjanji untuk selalu bersama, melewati masa sulit ini. Mereka tahu, cinta dan kasih sayang adalah obat terbaik untuk menyembuhkan luka dan menguatkan hati. Catatan:** Kisah ini menggambarkan bagaimana keluarga menghadapi tantangan dengan penuh kasih sayang dan saling mendukung. Meskipun Lia dan Sila mengalami perubahan yang sulit, keluarga mereka tetap teguh dan berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka. Kisah ini juga menunjukkan bahwa cinta dan kasih sayang adalah kekuatan yang luar biasa yang dapat membantu kita melewati masa-masa sulit.