Pembagian Waris Menurut Kompilasi Hukum Islam dalam Kasus Keluarga Dodit

Pada artikel ini, kita akan menganalisis dan melakukan penghitungan pembagian waris kepada masing-masing pewaris dalam kasus keluarga Dodit. Dodit adalah seorang ayah dengan 4 orang anak, terdiri dari 2 orang anak laki-laki dan 2 orang perempuan yang sudah dewasa. Namun, setelah istri pertamanya meninggal, Dodit menikah lagi dengan seorang janda beranak 1. Dari hasil pernikahan keduanya, Dodit dikaruniai 1 orang anak perempuan. Setelah Dodit meninggal, diketahui bahwa dia telah menghibahkan sebidang tambak kepada anak pertamanya seluas 1 hektar, yang dibuktikan dengan akte hibah yang telah dibuat di hadapan notaris. Selain itu, Dodit juga meninggalkan 4 rumah dengan taksiran harga masing-masing Rp. 800.000.000 dan 4 mobil dengan taksiran harga total Rp. 800.000.000. Dalam kasus ini, pembagian waris akan mengikuti kompilasi hukum Islam. Menurut hukum Islam, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembagian waris. Pertama, ada prinsip bahwa setiap pewaris harus mendapatkan bagian yang adil dan seimbang. Kedua, ada prinsip bahwa pewaris laki-laki mendapatkan dua kali lipat dari pewaris perempuan dalam beberapa kasus. Berdasarkan prinsip-prinsip ini, kita dapat melakukan penghitungan pembagian waris dalam kasus keluarga Dodit. Pertama, tambak yang dihibahkan oleh Dodit kepada anak pertamanya tidak akan dihitung dalam pembagian waris, karena telah dihibahkan secara terpisah. Oleh karena itu, tambak tersebut akan menjadi milik penuh anak pertama. Selanjutnya, untuk rumah dan mobil yang ditinggalkan oleh Dodit, kita perlu membaginya secara adil antara pewaris. Dalam hal ini, ada 5 pewaris yang harus mendapatkan bagian, yaitu 2 anak laki-laki, 2 anak perempuan dari istri pertama, dan 1 anak perempuan dari istri kedua. Pembagian waris akan dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip bahwa pewaris laki-laki mendapatkan dua kali lipat dari pewaris perempuan. Oleh karena itu, rumah dan mobil akan dibagi menjadi 7 bagian, dengan setiap anak laki-laki mendapatkan 2 bagian, setiap anak perempuan dari istri pertama mendapatkan 1 bagian, dan anak perempuan dari istri kedua mendapatkan 1 bagian. Dengan demikian, setiap anak laki-laki akan mendapatkan 2/7 dari total nilai rumah dan mobil, sedangkan setiap anak perempuan akan mendapatkan 1/7 dari total nilai rumah dan mobil. Dalam hal ini, jika kita mengasumsikan bahwa total nilai rumah dan mobil adalah Rp. 800.000.000, maka setiap anak laki-laki akan mendapatkan Rp. 228.571.429 (2/7 x Rp. 800.000.000), sedangkan setiap anak perempuan akan mendapatkan Rp. 114.285.714 (1/7 x Rp. 800.000.000). Dengan demikian, pembagian waris dalam kasus keluarga Dodit akan mengikuti prinsip-prinsip hukum Islam dan akan memastikan bahwa setiap pewaris mendapatkan bagian yang adil dan seimbang. Dalam kesimpulan, pembagian waris dalam kasus keluarga Dodit mengikuti kompilasi hukum Islam. Dalam pembagian waris, tambak yang dihibahkan tidak akan dihitung, sedangkan rumah dan mobil akan dibagi secara adil antara pewaris. Prinsip bahwa pewaris laki-laki mendapatkan dua kali lipat dari pewaris perempuan juga diperhatikan dalam pembagian waris ini. Dengan demikian, pembagian waris ini memastikan bahwa setiap pewaris mendapatkan bagian yang adil dan seimbang.