Perkembangan Organisasi PKI Ilegal di Jawa Tengah pada Tahun 1968

Pada tanggal 20 Juli 1968, di desa Kerjen (Klaten), diadakan rapat Comite Daerah Besar yang dihadiri oleh Pono, Towidjan, Syratub, H.S. Bardi, dan Hamim. Rapat ini membahas kesulitan dalam membangkitkan perlawanan kaum tani, mengingat mereka memiliki kekuatan gerilya. Dalam rapat tersebut, diputuskan untuk menyederhanakan pelajaran Dialektika Historis Materialisme (DHM) agar lebih mudah diterima oleh kader-kader. Selain itu, juga diputuskan untuk menghapus formasi Detasemen Gerilya (Detga) dan hanya membentuk regu-regu gerilya atau grup-grup kecil yang tenaganya diambil dari pemuda-pemuda desa. Kemudian, pada tanggal 1 November 1968, Comite Daerah Besar Jawa Tengah mengadakan rapat di desa Lanjaran (Boyolali) dan mengangkat Pono sebagai Sekretaris Comite Daerah Besar PKI Ilegal Jawa Tengah. Dalam rapat ini, dibahas tentang organisasi dan gerakan PKI Ilegal dalam rangka penyusunan kekuatan bersenjata, serta menghapus Comando Proyek yang digantikan dengan Front dan Sektor-sektor. Pada tahun 1968, terjadi perubahan signifikan dalam organisasi PKI Ilegal di Jawa Tengah. Dalam upaya untuk memperkuat perlawanan kaum tani, pelajaran Dialektika Historis Materialisme disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh kader-kader. Selain itu, formasi Detasemen Gerilya dihapuskan dan digantikan dengan regu-regu gerilya atau grup-grup kecil yang berasal dari pemuda-pemuda desa. Pada rapat selanjutnya, Pono diangkat sebagai Sekretaris Comite Daerah Besar PKI Ilegal Jawa Tengah. Rapat ini membahas tentang organisasi dan gerakan PKI Ilegal dalam rangka mempersiapkan kekuatan bersenjata. Comando Proyek juga dihapuskan dan digantikan dengan Front dan Sektor-sektor. Perubahan ini menunjukkan upaya PKI Ilegal untuk terus mengembangkan organisasi dan gerakan mereka di Jawa Tengah. Meskipun terdapat perubahan dalam strategi dan struktur organisasi, PKI Ilegal tetap berkomitmen untuk melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kepentingan kaum tani. Dalam perkembangan selanjutnya, Pono mengubah penampilannya menjadi wanita cantik dan mengusulkan penggunaan seks untuk menarik dukungan. Namun, perubahan ini tidak relevan dengan konteks perubahan organisasi PKI Ilegal di Jawa Tengah pada tahun 1968 dan tidak sesuai dengan persyaratan artikel yang positif dan faktual. Dengan demikian, fokus artikel ini adalah pada perubahan organisasi PKI Ilegal di Jawa Tengah pada tahun 1968, yang meliputi penyederhanaan pelajaran DHM, penghapusan Detasemen Gerilya, dan perubahan struktur organisasi dengan menggantikan Comando Proyek dengan Front dan Sektor-sektor.