Mengawal Kabinet Merah Putih: Evaluasi Kinerja, Bukan Sekadar Politik Bagi-bagi Kekuasaan **

Pelantikan Kabinet Merah Putih oleh Presiden Prabowo Subianto menandai awal pemerintahan baru. Kabinet yang terdiri dari 109 orang ini, dengan 48 menteri, lima pejabat setingkat menteri, dan 56 wakil menteri, telah memicu beragam tanggapan. Ada yang menilai kabinet ini terlalu gemuk dan hanya mengakomodasi kepentingan politik koalisi, sementara yang lain optimis bahwa kabinet ini akan bekerja secara efektif untuk kepentingan rakyat. Memang, secara konstitusi, menteri-menteri adalah pembantu presiden dan pelayan rakyat. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana mereka menerjemahkan pesan presiden untuk kemudian dijabarkan dalam regulasi dan kebijakan yang bermuara pada kepentingan rakyat. Saran Ketua DPP PDIP Said Abdullah agar Prabowo mengevaluasi kabinetnya dalam waktu enam bulan hingga satu tahun sangatlah relevan. Waktu tersebut cukup untuk melihat apakah para menteri mampu bekerja efektif dan menjabarkan misi presiden yang tertuang dalam Astacita. Evaluasi ini penting untuk memastikan bahwa susunan kabinet tidak hanya mencerminkan politik bagi-bagi kekuasaan, melainkan benar-benar berfokus pada kinerja dan profesionalitas. Kita harus memberi kesempatan kepada Prabowo-Gibran untuk bekerja dan membuktikan komitmennya mensejahterakan rakyat dan mewujudkan keadilan. Namun, rakyat juga berhak mengawasi, memberi penilaian, dan mengawal Kabinet Merah Putih. Evaluasi kinerja kabinet bukan hanya menjadi kewajiban presiden, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh rakyat. Wawasan:** Mengawal Kabinet Merah Putih bukan hanya sekadar mengawasi kinerja, tetapi juga mendorong transparansi dan akuntabilitas. Kita perlu memastikan bahwa kabinet ini benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat, bukan hanya untuk kepentingan politik.