Harmoni dalam Melodi Senja **

** Di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, keluarga kecil itu berkumpul. Bapak Surya, seorang tukang kayu yang tangannya kasar namun hatinya lembut, sedang asyik mengukir kayu di teras. Ibu Ratna, seorang penjahit yang telaten, sibuk menjahit baju pesanan di ruang tamu. Di dekatnya, Rara, putri mereka yang masih duduk di bangku kelas 6 SD, sedang asyik membaca buku cerita. Sementara itu, adiknya, Bagas, yang baru berusia 5 tahun, sedang bermain mobil-mobilan di lantai. Senja mulai menyapa, langit perlahan berubah warna menjadi jingga kemerahan. Bapak Surya menghentikan pekerjaannya, mengusap keringat di dahinya, dan tersenyum melihat keluarganya. Ibu Ratna mendekat, membawakan segelas teh hangat untuk suaminya. Rara menutup bukunya, mendekat ke arah Bagas, dan mengajaknya bermain bersama. "Ayah, hari ini Rara dapat nilai bagus di sekolah," ujar Rara dengan bangga. Bapak Surya mengangguk, matanya berbinar. "Bagus, Rara. Ayah bangga padamu." "Ayah, kapan kita bisa liburan ke pantai lagi?" tanya Bagas dengan polos. Bapak Surya mengelus kepala Bagas. "Nanti kalau Ayah sudah selesai mengerjakan pesanan, kita akan pergi ke pantai." Suasana hangat menyelimuti keluarga kecil itu. Mereka saling bercerita, tertawa, dan berbagi kebahagiaan. Di tengah kesibukan mereka, mereka selalu meluangkan waktu untuk bersama. Saat senja semakin larut, Bapak Surya mengajak keluarga kecilnya untuk makan malam. Mereka makan bersama dengan penuh syukur, menikmati hidangan sederhana yang penuh makna. "Terima kasih, Tuhan, untuk keluarga kecilku yang penuh kasih sayang," bisik Bapak Surya dalam hati. Keluarga kecil itu adalah sebuah harmoni yang indah. Mereka saling melengkapi, saling mendukung, dan saling menyayangi. Mereka adalah sebuah melodi senja yang menenangkan, sebuah bukti bahwa kebahagiaan sejati terletak dalam keluarga.