Riya: Syirik Khafi yang Merusak Ibadah

Hadis Rasulullah SAW yang menyatakan riya sebagai syirik khafi (syirik tersembunyi) menunjukkan betapa bahayanya sifat ini. Syirik khafi berbeda dengan syirik besar (syirik jali) yang terang-terangan menyekutukan Allah. Syirik khafi adalah bentuk penyekutukan yang tersembunyi dalam hati, di mana seseorang melakukan amal ibadah bukan semata-mata karena Allah, tetapi tercampuri niat lain seperti ingin dipuji manusia, mencari popularitas, atau menunjukkan keunggulan. Intinya, tujuan utamanya bergeser dari mencari ridha Allah menjadi mencari pujian manusia. Kaitan riya dengan syirik khafi terletak pada pergeseran niat tersebut. Dalam beribadah, seharusnya niat kita murni karena Allah SWT. Namun, jika tercampuri niat ingin dilihat orang lain, maka pahala ibadah tersebut berkurang bahkan bisa hilang sama sekali. Allah SWT hanya menerima amal yang ikhlas, dilakukan semata-mata karena-Nya. Riya menghalangi penerimaan amal tersebut karena mencampuri keikhlasan dengan tujuan duniawi. Contoh riya dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam. Misalnya, seseorang bersedekah dengan jumlah besar namun diumumkan secara luas di media sosial. Atau, seseorang rajin sholat di masjid yang ramai agar dilihat orang lain. Seseorang yang berpakaian rapi dan berpenampilan menarik saat pergi ke masjid, dengan tujuan agar dipuji kecantikannya. Bahkan, menulis status religius di media sosial dengan tujuan mendapatkan banyak like dan komentar juga termasuk riya. Semua contoh ini menunjukkan bagaimana niat yang seharusnya murni untuk Allah SWT terkontaminasi oleh keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari manusia. Dampak negatif riya sangat besar. Selain mengurangi atau menghilangkan pahala ibadah, riya juga dapat merusak keikhlasan hati, menimbulkan sifat sombong dan takabbur, serta menjauhkan diri dari Allah SWT. Lebih jauh lagi, riya dapat menghambat pertumbuhan spiritual dan membuat seseorang terjebak dalam lingkaran mencari pujian manusia, alih-alih mencari ridha Allah. Oleh karena itu, kita perlu senantiasa bermuhasabah dan membersihkan hati dari sifat riya agar ibadah kita diterima Allah SWT. Semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan untuk beribadah dengan ikhlas dan tulus. Keikhlasan adalah kunci penerimaan amal di sisi Allah SWT, dan menjauhi riya adalah jalan menuju ketenangan hati dan keridaan-Nya.