Penetapan Dasar Negara Indonesia: Perubahan Sila Ketuhanan dalam Pancasil

Pada saat Indonesia merdeka, Pancasila menjadi dasar negara yang telah ditetapkan. Rumusan Pancasila telah disepakati oleh semua pihak, namun ada beberapa pihak yang masih merasa tidak nyaman dengan rumusan tersebut, terutama terkait dengan rumusan sila ketuhanan sebagai sila pertama. Sebelumnya, semua pihak telah sepakat dengan rumusan "Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" sebagai sila pertama. Namun, beberapa kalangan merasa bahwa rumusan sila ketuhanan terlalu berbau Islam. Oleh karena itu, para tokoh yang mewakili kelompok tersebut mengajukan permintaan agar rumusan tersebut diubah. Menurut sejarawan Harta, pada hari yang sama setelah proklamasi kemerdekaan, banyak tokoh yang mendatanginya. Mereka meminta agar rumusan sila ketuhanan diubah. Harta kemudian menghubungi Ki Bagus Hadikusumo dan beberapa tokoh Islam lainnya. Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk mengubah sila pertama menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Keputusan ini kemudian dipandang sebagai hadiah bagi seluruh bangsa Indonesia. Rumusan Pancasila pun menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Inilah yang menjadi rumusan resmi Pancasila. Dengan perubahan ini, Pancasila menjadi lebih inklusif dan mewakili semua agama dan kepercayaan di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan semangat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman yang ada di negara ini. Dalam kesimpulan, perubahan sila ketuhanan dalam Pancasila merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa dasar negara Indonesia mencerminkan nilai-nilai keberagaman dan inklusivitas. Perubahan ini juga menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam keberagaman agama dan kepercayaan di negara ini.