Ria, Langkah Kecil Menuju Penerimaan **
Matahari mulai meredup, menandakan waktu makan malam telah tiba. Di meja makan, keluarga besar Argantara berkumpul. Shani, Gracia, Feni, Jinan, dan Ria, keempat kakak Ria, duduk berdampingan, sementara Argantara dan Veranda, ibu tiri Ria, duduk di ujung meja. Ria, gadis kecil yang masih berusia 7 tahun, menatap Veranda dengan tatapan kosong. Hatinya masih tertutup rapat, sulit menerima kehadiran Veranda sebagai ibu tirinya. Ingatan tentang ibunya yang telah tiada masih menghantui Ria, membuat dirinya sulit untuk membuka hati. "Ria, sayang, makanlah," ucap Veranda lembut, menyentuh tangan Ria. Ria menepis tangan Veranda dan menunduk, tak ingin menatap mata Veranda. "Ria, kamu kenapa, sayang?" tanya Argantara, ayah Ria, dengan nada khawatir. "Tidak apa-apa, Papa," jawab Ria lirih. Saat makan malam dimulai, Ria berusaha untuk mengambil ayam panggang kesukaannya. Namun, tangannya yang kecil tak mampu meraihnya. "Ibu, tolong ambilkan ayamnya," ucap Ria, suaranya terdengar lirih. Sejenak, suasana hening. Semua mata tertuju pada Ria. Untuk pertama kalinya, Ria memanggil Veranda sebagai "Ibu". "Ibu?" tanya Argantara, tak percaya. "Iya, Papa," jawab Ria, matanya berkaca-kaca. Veranda tersenyum haru, matanya berkaca-kaca. Ia segera mengambil ayam panggang dan memberikannya kepada Ria. "Terima kasih, Ibu," ucap Ria, suaranya bergetar. Shani, Gracia, Feni, dan Jinan saling berpandangan, tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Ria, adik mereka yang selama ini sulit menerima Veranda, akhirnya memanggilnya "Ibu". "Ria, sayang, kamu hebat," ucap Shani, memeluk Ria. "Iya, Ria, kamu sudah berani," tambah Gracia. "Kita semua bangga padamu," ucap Feni dan Jinan serempak. Ria tersenyum, hatinya terasa sedikit lebih lega. Walaupun masih ada rasa kehilangan, Ria mulai merasakan sedikit kehangatan dari Veranda. Malam itu, Ria tidur dengan tenang. Di dalam mimpinya, ia melihat ibunya tersenyum dan berkata, "Ria, kamu sudah kuat. Kamu bisa bahagia bersama Papa dan Ibu." Ria terbangun dengan senyuman. Ia tahu, perjalanan untuk menerima Veranda sebagai ibu tirinya masih panjang. Namun, langkah kecil yang ia ambil malam itu, adalah awal dari sebuah harapan baru.
3 (145 suara) 
