Makna Menikmati Hidup dalam Perspektif Filsafat Eksistensialisme

Hidup ini absurd. Begitulah kira-kira ungkapan yang sering dilekatkan pada filsafat eksistensialisme. Namun, di balik absurditas itu, terselip makna mendalam tentang menikmati hidup yang mungkin belum banyak dipahami. Eksistensialisme, alih-alih mengajak kita terpuruk dalam keputusasaan, justru menawarkan perspektif unik tentang bagaimana kita bisa memaknai dan menikmati hidup ini sepenuhnya.

Menemukan Makna di Tengah Ketiadaan Makna Inheren

Eksistensialisme menekankan bahwa hidup ini pada dasarnya tidak memiliki makna inheren. Kita dilahirkan ke dunia tanpa meminta, dan kita dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak ada aturan baku atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Ketiadaan makna inheren ini seringkali memicu rasa hampa dan pertanyaan eksistensial yang mendalam.

Namun, di sinilah letak keunikan eksistensialisme dalam menikmati hidup. Justru karena tidak ada makna yang diberikan, kita diberi kebebasan mutlak untuk menciptakan makna kita sendiri. Kita bebas menentukan nilai-nilai, tujuan hidup, dan bagaimana kita ingin menjalani hidup ini. Kebebasan ini adalah anugerah sekaligus tanggung jawab besar yang diberikan eksistensialisme kepada kita.

Menikmati Hidup dengan Bertanggung Jawab Atas Pilihan

Kebebasan yang inheren dalam eksistensialisme bukan berarti kita bisa hidup semena-mena tanpa konsekuensi. Justru sebaliknya, kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas setiap pilihan yang kita buat. Setiap keputusan, sekecil apapun, akan membentuk siapa diri kita dan bagaimana kita menjalani hidup.

Kesadaran akan tanggung jawab ini mendorong kita untuk hidup secara otentik, yaitu hidup sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan yang kita pilih sendiri, bukan berdasarkan tekanan atau ekspektasi orang lain. Menjalani hidup dengan otentik, meskipun penuh tantangan, akan memberikan kepuasan dan kenikmatan tersendiri.

Merangkul Kebebasan dan Menghadapi Kecemasan Eksistensial

Kebebasan yang ditawarkan eksistensialisme seringkali datang bersamaan dengan kecemasan eksistensial. Kesadaran akan kefanaan hidup, ketiadaan makna yang pasti, dan tanggung jawab atas pilihan dapat memicu rasa cemas dan takut.

Namun, eksistensialisme tidak mengajarkan kita untuk lari dari kecemasan ini. Sebaliknya, kita diajak untuk merangkul kecemasan sebagai bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia. Dengan menerima kecemasan, kita dapat hidup lebih jujur pada diri sendiri dan lebih menghargai setiap momen dalam hidup.

Menikmati hidup dalam perspektif eksistensialisme berarti merangkul absurditas hidup, menciptakan makna kita sendiri, dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita buat. Ini adalah perjalanan yang menantang namun pada saat yang sama membebaskan. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip eksistensialisme, kita dapat hidup dengan lebih otentik, bermakna, dan pada akhirnya, menikmati hidup ini sepenuhnya.