Lapangan Sekolah yang Tandus: Sebuah Mimpi yang Terlupakan **

Matahari terik menyinari lapangan sekolah yang tandus. Rumput kering dan cokelat, layu tak bernyawa, seakan mencerminkan semangat yang padam. Dulu, lapangan ini adalah tempat bermain yang penuh tawa dan keceriaan. Anak-anak berlarian, bermain sepak bola, dan bercanda ria. Namun, kini lapangan itu hanya menjadi saksi bisu dari kenangan yang memudar. Setiap pagi, para siswa hanya bisa memandang lapangan yang tandus dengan perasaan sedih. Mimpi untuk bermain di lapangan hijau yang segar, untuk merasakan embun pagi yang menyegarkan, dan untuk merasakan kegembiraan bermain bersama teman-teman, kini hanya tinggal kenangan. Lapangan yang tandus bukan hanya kehilangan keindahannya, tetapi juga kehilangan fungsinya. Anak-anak kehilangan tempat untuk berolahraga, untuk mengembangkan bakat mereka, dan untuk membangun persahabatan. Melihat lapangan yang tandus, terbersit sebuah pertanyaan: Kapan lapangan ini akan kembali hijau? Kapan anak-anak akan kembali merasakan kegembiraan bermain di lapangan yang segar? Semoga mimpi untuk memiliki lapangan sekolah yang hijau dan subur, bukan hanya sekedar mimpi, tetapi sebuah kenyataan yang dapat diwujudkan. Wawasan:** Lapangan sekolah yang tandus bukan hanya masalah estetika, tetapi juga masalah sosial dan pendidikan. Melihat lapangan yang tandus, kita diingatkan akan pentingnya menjaga lingkungan dan merawat aset yang kita miliki. Semoga lapangan sekolah yang tandus ini dapat menjadi inspirasi untuk kita semua, untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang terlupakan.