Peran Sriwijaya dalam Hubungan Dagang di Asia Tenggar

Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13 M. Kerajaan ini memiliki peran penting dalam hubungan dagang di wilayah tersebut. Dalam artikel ini, kita akan membahas peran Sriwijaya dalam hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, serta pengaruhnya terhadap ekonomi dan budaya di Asia Tenggara. Sriwijaya memiliki hubungan dagang yang erat dengan India. Kerajaan ini berhubungan dagang dengan Kerajaan Pala di Benggala dan Kerajaan Colamandala di pantai timur India. Komoditas seperti kayu gaharu, mutiara, air mawar, gadih gajah, pisau, pedang, porselen brokat sutra, kancing sutra, kasa sutra, gula besi, beras, lengkuas kering, dan samsu menjadi komoditas utama yang diperdagangkan oleh saudagar-saudagar India dan Tiongkok dengan Sriwijaya. Sebagai imbalannya, Sriwijaya mendapatkan porselen, kain katun, dan kain sutra dari India. Selain itu, Sriwijaya juga memiliki hubungan dagang yang kuat dengan Tiongkok. Dalam kurun waktu abad ke-7 hingga ke-13 M, dinasti-dinasti kekaisaran Tiongkok Song, Yuan, dan Ming menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Kepulauan Nusantara, termasuk Sriwijaya. Banyak orang Tiongkok dan Arab yang datang ke Sriwijaya untuk berdagang. Bahkan, pendeta Buddha asal Tiongkok bernama Yi Jing pernah singgah di Sriwijaya dalam perjalanannya menuju India. Peran Sriwijaya dalam hubungan dagang ini sangat penting bagi ekonomi dan budaya di Asia Tenggara. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan rempah-rempah Nusantara, seperti cengkeh, lada, dan kayu manis. Komoditas-komoditas ini menjadi andalan utama Sriwijaya dan memberikan kontribusi besar terhadap kemakmuran kerajaan ini. Selain itu, hubungan dagang dengan India dan Tiongkok juga membawa pengaruh budaya yang signifikan. Sriwijaya menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan Hindu di wilayah ini. Namun, hubungan dagang Sriwijaya dengan India dan Tiongkok tidak selalu berjalan mulus. Pada abad ke-11, hubungan baik dengan Kerajaan Colamandala rusak akibat serangan dari Raja Rajendra Chola. Konflik ini terjadi karena saudagar Cola membayar pajak atau cukai di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai oleh mereka. Dalam kesimpulan, Sriwijaya memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan dagang di Asia Tenggara. Hubungan dagang dengan India dan Tiongkok membawa kemakmuran ekonomi dan pengaruh budaya yang signifikan bagi kerajaan ini. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan rempah-rempah Nusantara dan penyebaran agama Buddha dan Hindu di wilayah ini. Meskipun menghadapi konflik dengan Kerajaan Colamandala, Sriwijaya tetap menjadi kekuatan dagang yang kuat di Asia Tenggara pada masanya.