Ejekan: Luka Tak Kasat Mata yang Merusak Masa Depa

Perundungan berupa ejekan, sering dianggap remeh, padahal dampaknya sangat merusak. Kata-kata, sekecil apapun, bisa meninggalkan luka mendalam pada korban. Bayangkan, setiap hari di sekolah, dihadapkan dengan cemoohan dan sindiran. Kepercayaan diri terkikis, prestasi akademik menurun, bahkan bisa memicu masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Korban merasa terisolasi, tak berdaya, dan kehilangan semangat untuk berprestasi. Ejekan bukanlah sekadar lelucon. Ini adalah bentuk kekerasan verbal yang sistematis, yang bertujuan untuk merendahkan dan menghancurkan harga diri seseorang. Pelaku seringkali merasa berkuasa dengan tindakannya, tanpa menyadari betapa besar penderitaan yang mereka timbulkan. Mereka mungkin terpengaruh lingkungan, atau bahkan meniru perilaku yang mereka lihat dari orang dewasa. Namun, kita semua memiliki peran untuk menghentikan siklus ejekan ini. Sebagai siswa, kita bisa menjadi agen perubahan dengan berani melawan perilaku tersebut. Jangan menjadi penonton pasif, beranikan diri untuk membela korban, dan laporkan kejadian perundungan kepada guru atau orang dewasa yang dipercaya. Kita juga perlu membangun budaya sekolah yang saling menghargai dan menghormati. Lebih jauh lagi, pendidikan tentang empati dan kesadaran akan dampak perundungan sangat penting. Dengan memahami perasaan orang lain, kita bisa mencegah tindakan ejekan sebelum terjadi. Ingatlah, kata-kata kita memiliki kekuatan yang luar biasa, baik untuk membangun maupun menghancurkan. Mari kita pilih kata-kata yang membangun, yang menebar kebaikan, dan yang menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan inklusif bagi semua. Membangun masa depan yang lebih baik dimulai dari tindakan kecil, seperti menghentikan ejekan dan memilih untuk bersikap baik. Bayangkan betapa indahnya sekolah tanpa ejekan, di mana setiap siswa merasa dihargai dan aman. Itulah masa depan yang layak kita perjuangkan.