Menjelang 2025, Indonesia Siap Berlakukan Pajak Minimum Global untuk Keadilan Fiskal **

** Tahun 2025 semakin dekat, dan Indonesia bersiap untuk menerapkan kebijakan global minimum tax (GMT) yang telah disepakati secara internasional. Kebijakan ini, yang diusulkan oleh OECD dengan tarif 15%, bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia tetap membayar pajak yang adil, terlepas dari insentif pajak yang diberikan. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menjelaskan bahwa penerapan GMT di Indonesia merupakan langkah strategis untuk mencegah hilangnya hak pemajakan negara. "Jika kita tidak menerapkan GMT, perusahaan asing bisa saja memanfaatkan insentif pajak yang kita berikan untuk menghindari kewajiban pajak di Indonesia dan malah membayar pajak di negara asalnya," ujar Febrio. Penerapan GMT ini juga akan berdampak pada kebijakan insentif fiskal yang selama ini diberikan kepada perusahaan asing. Pemerintah berencana untuk mengubah kebijakan tax holiday, namun tidak akan mencabutnya secara keseluruhan. Tax holiday akan diperpanjang dengan ketentuan baru, yang memastikan bahwa perusahaan tetap membayar pajak minimum sebesar 15%. Dengan kata lain, tax holiday yang diberikan tidak akan membebaskan perusahaan dari kewajiban pajak sepenuhnya. "Kita akan memastikan bahwa tidak ada disrupsi dalam kebijakan insentif fiskal," tegas Febrio. Penerapan GMT di Indonesia merupakan langkah penting untuk menciptakan keadilan fiskal dan memastikan bahwa semua pihak, baik perusahaan asing maupun pemerintah, mendapatkan haknya secara adil. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong investasi yang lebih berkelanjutan dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia.