Mengapa Yesus Memilih untuk Tidak Selalu Menggunakan Keilahianya?

Yesus, sebagai figur sentral dalam agama Kristen, sering kali dianggap sebagai sosok yang memiliki keilahian. Namun, ada alasan yang mendalam mengapa Yesus memilih untuk tidak selalu menggunakan keilahianya dalam melakukan peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Salah satu alasan utamanya adalah untuk memberikan contoh kepada umat manusia tentang pentingnya kesederhanaan, kepercayaan, dan kemanusiaan. Dalam banyak peristiwa dalam kehidupan Yesus, kita melihat bagaimana beliau menggunakan kekuatan-Nya dengan bijaksana. Sebagai contoh, dalam mukjizat perubahan air menjadi anggur di pernikahan di Kana, Yesus menunjukkan bahwa keajaiban-Nya tidak hanya untuk kepentingan pribadi atau untuk memamerkan kekuasaan-Nya, tetapi untuk memberkati orang lain dan memperlihatkan kasih-Nya kepada umat manusia. Selain itu, peristiwa-peristiwa seperti penyembuhan orang sakit, mengusir roh jahat, dan kebangkitan Lazarus dari kematian, menunjukkan bahwa keilahian Yesus tidak hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang belas kasih dan kepedulian-Nya terhadap penderitaan umat manusia. Dengan demikian, keputusan-Nya untuk tidak selalu menggunakan keilahianya secara langsung mengajarkan kita tentang pentingnya iman, kesabaran, dan harapan dalam menghadapi cobaan hidup. Dalam kesimpulan, alasan Yesus tidak selalu menggunakan keilahianya adalah untuk mengajarkan kita tentang nilai-nilai kemanusiaan, kesederhanaan, dan kasih. Peristiwa-peristiwa luar biasa yang dilakukan-Nya di luar akal manusia bukanlah sekadar untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya, tetapi untuk memperlihatkan kasih dan belas kasih-Nya kepada umat manusia. Dengan memahami hal ini, kita dapat belajar untuk lebih menghargai keajaiban-keajaiban kecil dalam kehidupan sehari-hari dan untuk selalu memperlihatkan kasih kepada sesama seperti yang diajarkan oleh Yesus.