Si Kikir dan Pelajaran Mengenai Nilai Sejati dari Emas

Suatu hari, ada seorang kikir yang menjual semua harta miliknya untuk membeli sebuah harta karun, yaitu sebuah harta karun emas. Setelah membelinya, ia menggali lubang di tanah di sisi dinding tua dan menguburkan emas di sana. Setiap hari, ia mengunjungi lubang itu dan meratap karena merasa kehilangan harta karun yang dicintainya. Suatu hari, salah satu pekerja si kikir menyadari bahwa ia sering mengunjungi lubang itu dan memutuskan untuk menyelidikinya. Dia menemukan rahasia harta karun tersembunyi di dalam lubang itu dan mencuriinya. Hari berikutnya, si kikir menemukan lubang itu kosong dan mulai meratap dan merasa sedih. Seorang tetangga melihatnya dan bertanya, "Mengapa kamu begitu sedih?" Si kikir menjawab, "Saya kehilangan harta karun yang saya cintai." Tetangga itu berkata, "Jangan berduka, karena kamu masih memiliki sesuatu yang lebih berharga dari emas itu." Dia kemudian memberikan sebuah batu ke si kikir dan berkata, "Ambil batu ini dan letakkan di dalam lubang. Bayangkanlah bahwa emas masih ada di sana, dan batu ini akan melakukan hal yang sama terhadapmu. Ketika kamu menempatkan emas di sana, kamu tidak akan memiliki apa-apa, tetapi ketika kamu menempatkan batu di sana, kamu akan memiliki sesuatu yang lebih berharga dari emas itu." Si kikir memahami pelajaran yang diajarkan oleh tetangga itu dan mulai menghargai nilai sejati dari emas. Dia menyadari bahwa emas bukanlah harta karun yang sejati, tetapi hubungan yang dia miliki dengan tetangga itu dan nilai-nilai yang diajarkan padanya. Si kikir belajar bahwa harta karun sejati adalah hubungan dan pengalaman yang dia miliki, bukan barang-barang mati. Pada akhir cerita, si kikir menyadari bahwa dia telah membeli sesuatu yang jauh lebih berharga dari emas, yaitu pelajaran yang diajarkan oleh tetangga itu. Dia menyadari bahwa nilai sejati dari emas tidak dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang diajarkan padanya oleh tetangga itu. Si kikir belajar bahwa harta karun sejati adalah hubungan dan pengalaman yang dia miliki, bukan barang-barang mati.