Politik Uang: Ancaman Terhadap Pemilu dan Masyarakat 2.

Politik uang telah menjadi isu yang sering muncul dalam proses pemilihan umum di Indonesia. Praktik ini melibatkan pemberian uang kepada pemilih dengan tujuan untuk mempengaruhi hasil pemilihan. Meskipun sudah ada upaya untuk memberantas politik uang, namun masih banyak kekhawatiran bahwa praktik ini akan semakin merajalela pada Pilkada 2024. Salah satu contoh nyata dari politik uang adalah pada Pemilu Legislatif sebelumnya. Banyak calon legislatif yang terlibat dalam pembagian amplop berisi uang kepada pemilih dengan nominal 100 ribu rupiah per amplop. Bayangkan saja, jika pada Pilkada nanti setiap pasangan calon ikut melakukan pembagian amplop dengan jumlah yang sama, maka akan ada potensi besar bahwa jumlah uang yang dikeluarkan akan sangat fantastis. Misalnya, jika terdapat 500.000 amplop yang dibagikan oleh setiap pasangan calon dan setiap amplop berisi 100 ribu rupiah, maka untuk satu pasangan calon saja akan mengeluarkan uang sebesar 50 miliar rupiah. Jumlah ini tentu sangat mengkhawatirkan, terutama mengingat bahwa Pilkada melibatkan banyak pasangan calon di berbagai daerah. Apakah 50 milyar bisa kembali dalam waktu 5 tahun? Disinilah rawan korupsi bagi calon pilkada terpilih untuk mengembalikan modal dalam pencalonannya. Politik uang bukanlah tentang membeli kebenaran, tetapi membeli kepentingan yang menjadikan bangsa ini sapi perah dan justru menghalangi kemaslahatan. Dalam konteks ini, politik uang tidak hanya merugikan pemilih tetapi juga merugikan negara secara keseluruhan. Hal ini karena sumber daya yang seharusnya dapat digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat malah disalahgunakan untuk mencapai tujuan pribadi beberapa individu. Untuk mengatasi masalah politik