Peran Pasal 10.2 dalam Menjamin Keadilan dan Transparansi di Institusi Kepolisian

Pasal 10.2 dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU Kepolisian) merupakan salah satu norma penting yang mengatur tentang pengawasan internal di institusi kepolisian. Pasal ini memiliki peran krusial dalam menjamin keadilan dan transparansi dalam penegakan hukum oleh kepolisian. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang peran Pasal 10.2 dalam mewujudkan keadilan dan transparansi di institusi kepolisian, serta menganalisis bagaimana implementasinya dalam praktik.

Menelisik Isi Pasal 10.2

Pasal 10.2 UU Kepolisian mengatur tentang pengawasan internal yang dilakukan oleh Propam (Profesi dan Pengamanan) Polri. Pasal ini menegaskan bahwa Propam memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh anggota Polri, baik perwira maupun bintara, dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Pengawasan ini meliputi aspek perilaku, kinerja, dan profesionalitas anggota Polri. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran hukum oleh anggota Polri, serta untuk menjaga citra dan kredibilitas institusi kepolisian di mata masyarakat.

Peran Pasal 10.2 dalam Menjamin Keadilan

Pasal 10.2 berperan penting dalam menjamin keadilan dalam penegakan hukum oleh kepolisian. Melalui pengawasan internal yang ketat, Propam dapat mendeteksi dan menindak tegas anggota Polri yang melakukan pelanggaran hukum, seperti penyalahgunaan wewenang, penyiksaan, atau korupsi. Dengan demikian, masyarakat dapat merasa lebih percaya diri bahwa proses penegakan hukum dijalankan secara adil dan tidak diskriminatif.

Peran Pasal 10.2 dalam Mewujudkan Transparansi

Transparansi merupakan salah satu prinsip penting dalam penegakan hukum. Pasal 10.2 berperan dalam mewujudkan transparansi di institusi kepolisian dengan mewajibkan Propam untuk membuka akses informasi kepada publik terkait dengan hasil pengawasan internal. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk mengetahui kinerja Propam dalam mengawasi anggota Polri, serta untuk mengawasi proses penegakan hukum yang dilakukan oleh kepolisian.

Implementasi Pasal 10.2 dalam Praktik

Implementasi Pasal 10.2 dalam praktik masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangannya adalah kurangnya sumber daya dan infrastruktur yang memadai di Propam untuk menjalankan tugas pengawasan secara efektif. Selain itu, masih terdapat budaya "tutup mulut" di internal kepolisian yang menghambat proses pengungkapan pelanggaran hukum oleh anggota Polri.

Upaya Peningkatan Implementasi Pasal 10.2

Untuk meningkatkan implementasi Pasal 10.2, diperlukan beberapa upaya, antara lain:

* Meningkatkan kapasitas dan profesionalitas anggota Propam melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan.

* Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas Propam dengan membuka akses informasi kepada publik secara lebih luas.

* Mendorong budaya "whistleblower" di internal kepolisian agar anggota Polri yang mengetahui adanya pelanggaran hukum berani melapor.

* Memperkuat kerja sama antara Propam dengan lembaga pengawas eksternal, seperti Ombudsman dan Komnas HAM.

Kesimpulan

Pasal 10.2 UU Kepolisian merupakan norma penting yang berperan dalam menjamin keadilan dan transparansi di institusi kepolisian. Melalui pengawasan internal yang efektif, Propam dapat mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran hukum oleh anggota Polri, serta menjaga citra dan kredibilitas institusi kepolisian di mata masyarakat. Namun, implementasi Pasal 10.2 dalam praktik masih menghadapi beberapa tantangan. Untuk meningkatkan implementasinya, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, baik internal kepolisian maupun eksternal, untuk menciptakan sistem pengawasan internal yang lebih efektif dan akuntabel.