Perjalanan Hidup dan Pengaruh Syekh Yusuf dan Syekh Abdus Samad dalam Penyebaran Islam di Nusantar

Syekh Yusuf, yang lahir pada tanggal 3 Juli 1626 dan wafat di Cape Town, Afrika Selatan, pada tanggal 23 Mei 1699 pada usia 72 tahun, memiliki perjalanan hidup yang menarik dan berpengaruh dalam penyebaran Islam di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana Syekh Yusuf mempelajari Islam di Timur Tengah selama sekitar 20 tahun pada abad ke-17 dan bagaimana ketekunan, penjelajahan, dan ikhtiarnya dalam menuntut ilmu dapat dijadikan contoh dalam menuntut ilmu. Pada usia 15 tahun, Syekh Yusuf mulai mendapatkan pendidikan agama di Gowa. Selanjutnya, ia pergi ke Banten dan Aceh, di mana ia berguru pada ulama terkemuka seperti Syekh Nuruddin Ar Raniri dan Syekh Abu Ai Barakat. Pada tahun 1644, Syekh Yusuf menunaikan ibadah haji dan tinggal di Makkah untuk belajar kepada ulama terkemuka di sana. Ia juga pergi ke Yaman dan Damaskus untuk memperdalam ilmu. Ketika Kesultanan Gowa kalah perang dan Belanda, Syekh Yusuf pindah ke Banten. Di sana, ia menjadi mufti Kesultanan Banten dan pusat pendidikan agama Islam. Ia memiliki murid dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin oleh Avi Karaeng Bisai. Namun, pada September 1684, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Srilanka. Meskipun diasingkan, ia tetap berdakwah dan memiliki murid ratusan yang berasal dari India Selatan. Setelah diasingkan ke Srilanka, Syekh Yusuf akhirnya diasingkan ke Afrika Selatan oleh Belanda pada bulan Juli 1693. Di sana, ia tetap berdakwah dan memiliki banyak murid. Bahkan, Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, menyebutnya sebagai "Salah Seorang Putra Afrika Terbaik". Jenazah Syekh Yusuf Tajul Al Khalwati kemudian dibawa kembali ke Gowa dan dimakamkan di Lakiung pada April 1705. Selain Syekh Yusuf, Syekh Abdus Samad bin Abdullah Al Jawi Al Palimbani juga memiliki perjalanan hidup yang menarik dan berpengaruh dalam penyebaran Islam di Nusantara. Ia dilahirkan di Palembang pada tahun 1116 H / 1704 M dan wafat pada tahun 1203 H / 1789 M dalam usia 85 tahun. Syekh Abdus Samad berasal dari keturunan Arab dan mendapatkan pendidikan dasar dari ayahnya sendiri di Palembang atau Kedah. Pendidikannya dilanjutkan di salah satu pondok di Negeri Patani. Kedua ulama ini memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran Islam di Nusantara. Melalui pengajaran dan dakwah mereka, banyak orang yang memeluk Islam dan menjadi murid mereka. Mereka juga memberikan contoh ketekunan dan semangat dalam menuntut ilmu, yang dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda saat ini. Dalam kesimpulan, perjalanan hidup dan pengaruh Syekh Yusuf dan Syekh Abdus Samad dalam penyebaran Islam di Nusantara sangatlah penting. Mereka adalah contoh yang baik dalam ketekunan, penjelajahan, dan ikhtiar dalam menuntut ilmu. Kita harus menghargai warisan mereka dan terus menginspirasi generasi muda untuk mengejar pengetahuan dan berkontribusi dalam penyebaran agama Islam.