Wasiat Wajibah dalam Hubungan Kewarisan Anak Angkat dan Orang Tua Angkat

Dalam hubungan kewarisan antara anak angkat dan orang tua angkat, terdapat beberapa ketentuan yang mengatur mengenai wasiat wajibah. Wasiat wajibah merupakan cara yang dapat digunakan oleh orang tua angkat untuk memberikan harta warisan kepada anak angkatnya, dan sebaliknya, anak angkat juga dapat memberikan harta warisan kepada orang tua angkatnya melalui wasiat wajibah. Menurut hukum di Indonesia, besarnya wasiat atau wasiat wajibah yang dapat diberikan maksimal adalah 1/3 (sepertiga) dari harta warisan. Hal ini berlaku baik bagi orang tua angkat yang ingin memberikan harta warisan kepada anak angkatnya, maupun bagi anak angkat yang ingin memberikan harta warisan kepada orang tua angkatnya. Namun, perkembangan dinamika hukum di Indonesia telah mengubah persepsi mengenai wasiat wajibah ini. Saat ini, wasiat wajibah tidak hanya diperuntukkan bagi anak angkat dan orang tua angkat, tetapi juga dapat diberikan kepada ahli waris non-muslim. Hal ini terlihat dalam putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 368.K/AG/1995, di mana hakim memutuskan bahwa anak dari si pewaris yang beragama non-muslim berhak mendapatkan wasiat wajibah. Selain itu, dalam putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 51.K/AG/1999, hakim juga memutuskan bahwa ahli waris pengganti dari si pewaris yang beragama non-muslim dapat menerima wasiat wajibah. Hal ini menunjukkan bahwa wasiat wajibah tidak hanya terbatas pada hubungan kewarisan antara anak angkat dan orang tua angkat, tetapi juga dapat melibatkan ahli waris non-muslim. Dengan adanya perkembangan ini, wasiat wajibah menjadi lebih inklusif dan memberikan kesempatan bagi anak angkat dan orang tua angkat, serta ahli waris non-muslim, untuk mendapatkan bagian dari harta warisan. Hal ini juga menunjukkan bahwa hukum kewarisan di Indonesia terus berkembang dan mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang beragam. Dalam kesimpulan, wasiat wajibah merupakan cara yang dapat digunakan oleh anak angkat dan orang tua angkat untuk memberikan harta warisan satu sama lain. Besarnya wasiat atau wasiat wajibah yang dapat diberikan maksimal adalah 1/3 (sepertiga) dari harta warisan. Selain itu, perkembangan hukum di Indonesia juga memungkinkan ahli waris non-muslim untuk mendapatkan wasiat wajibah. Hal ini menunjukkan inklusivitas hukum kewarisan di Indonesia dan kesempatan bagi semua pihak untuk mendapatkan bagian dari harta warisan.