Ria, Sang Pemanah Cilik yang Berani **

** Matahari sore menyinari taman belakang rumah Ria. Udara sejuk berhembus lembut, membawa aroma bunga mawar yang harum. Ria, si pemanah cilik yang terkenal dengan ketangkasannya, tengah berlatih dengan tekun. Keenam kakaknya, Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine, duduk di balkon rumah mereka yang mewah, menyaksikan Ria dengan penuh kekaguman. Ayah dan Ibu Ria, yang merupakan CEO perusahaan ternama, juga ikut menyaksikan dari balkon, bangga melihat bakat putri mereka. Ria menarik tali busurnya dengan kuat, matanya tertuju pada target utama di seberang taman. Namun, sebelum panah itu melesat, sebuah panah asing tiba-tiba menghantam pergelangan tangan Ria. Darah segar mengalir deras, membuat Ria tersentak kaget. Belum sempat Ria bereaksi, dua panah lagi meluncur cepat, mengenai kedua telinganya. Panah terakhir pun langsung menghantam kaki Ria, hampir menembus kulitnya. Ria terhuyung, tubuhnya dipenuhi rasa sakit. Namun, pandangannya langsung menangkap sosok pelaku di balik serangan mendadak itu. Dengan sisa kekuatannya, Ria melepaskan panah dengan cepat, tepat mengenai kedua kaki pelaku. Pelaku terhuyung, terjatuh ke tanah. Tanpa menunggu lama, Ria langsung mengambil panah penyembuh yang selalu dibawanya. Dengan fokus, Ria menembakkan panah penyembuh ke arah lukanya. Seketika, rasa sakitnya mereda, dan lukanya mulai sembuh dengan cepat. Ria berdiri tegak, matanya berbinar dengan tekad. Meskipun diserang secara tiba-tiba, Ria tidak menyerah. Keberanian dan ketangkasannya telah menyelamatkannya. Ria, sang pemanah cilik yang berani, telah membuktikan bahwa semangat pantang menyerah dan keahlian yang terasah dapat mengalahkan segala rintangan.