Dualisme Urbanisasi: Antara Peluang dan Kemiskinan di Slum Are

Urbanisasi, perpindahan penduduk dari desa ke kota, menghadirkan paradoks menarik. Di satu sisi, ia menawarkan peluang ekonomi dan akses ke fasilitas modern. Di sisi lain, ia juga menciptakan ketimpangan yang melahirkan slum area, permukiman kumuh yang menjadi cerminan kontradiksi ini. Pertumbuhan ekonomi pesat di kota-kota besar menarik banyak pendatang. Namun, keuntungan ini tidak dinikmati semua orang. Sebagian besar hanya mendapatkan sedikit, bahkan terjebak dalam kemiskinan. Slum area menjadi bukti nyata kesenjangan ini, tempat tinggal bagi mereka yang terpinggirkan oleh sistem ekonomi yang tidak merata. Modernisasi juga membawa dampak ganda. Teknologi dan gaya hidup baru menawarkan kemajuan, namun juga mengancam identitas budaya lokal. Penduduk slum area, seringkali kehilangan ikatan dengan akar budaya mereka, berjuang untuk beradaptasi dengan lingkungan perkotaan yang keras dan kompetitif. Aksesibilitas ke pendidikan, kesehatan, dan transportasi seharusnya meningkatkan kualitas hidup. Namun, realitas di slum area berbeda. Keterbatasan akses terhadap fasilitas dasar seperti air bersih dan sanitasi memperburuk kondisi hidup dan memperkuat siklus kemiskinan. Slum area bukanlah sekadar tempat tinggal, melainkan manifestasi dari ketimpangan yang melekat dalam proses urbanisasi. Ia mencerminkan kegagalan dalam menyediakan kesempatan yang setara bagi semua warga kota. Memahami dualisme ini penting untuk merancang solusi yang lebih inklusif dan memastikan bahwa urbanisasi membawa manfaat bagi semua, bukan hanya sebagian kecil penduduk. Harapannya, ke depan, urbanisasi dapat dikelola dengan lebih baik, mengurangi kesenjangan dan menciptakan kota yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua warganya. Ini membutuhkan komitmen bersama untuk menciptakan kebijakan yang pro-rakyat dan berfokus pada pemerataan kesempatan.