Memberdayakan Perempuan dalam Kesehatan Reproduksi

Ny. S, seorang wanita berusia 41 tahun, datang kepada bidan untuk berkonsultasi terkait masalah yang dihadapinya. Ia dan suaminya telah dianjurkan untuk tidak hamil lagi karena faktor usia dan kondisi kesehatan. Ny. S mengatakan bahwa ia sudah mencoba berbagai macam jenis kontrasepsi, tetapi tidak ada yang cocok. Oleh karena itu, ia meminta suaminya untuk ikut ber-KB. Namun, suami Ny. S menolak karena menurut pandangan dan tradisi dari zaman dahulu, yang harus ber-KB adalah perempuan saja. Bidan kemudian menjelaskan kepada Ny. S bahwa bereproduksi adalah hak asasi setiap manusia, dan setiap perempuan berhak untuk mengambil keputusan terkait dengan hidupnya. Bidan meyakinkan Ny. S bahwa ia akan menjadi partner dalam mengambil keputusan dan akan mencoba memberikan advokasi terkait masalah yang dihadapi. Bidan juga menjelaskan bahwa zaman sekarang ini, tidak hanya perempuan yang dapat ber-KB, tetapi laki-laki juga sudah banyak yang melakukannya. Hal ini bertujuan agar kondisi kesehatan wanita meningkat jika akan meneruskan keturunan, sehingga akan menghasilkan generasi yang sehat. Bidan juga memberikan penjelasan bahwa selama ini, faktor sosial dan politik juga sering kali mempengaruhi pelayanan kebidanan, sehingga akan berdampak pada wanita dan keluarga, serta juga akan mempengaruhi bidan dalam memberikan pelayanan. Bidan meyakinkan Ny. S bahwa seorang perempuan juga harus dapat berperan serta aktif, sehingga dapat memberikan advokasi pada dirinya sendiri dan pada sesama perempuan. Dengan demikian, Ny. S dapat memberdayakan dirinya dalam masalah kesehatan reproduksi, dan tidak hanya bergantung pada suaminya.