Evolusi Tulisan Korea: Dari Huruf Kuno hingga Modern

Sejarah Awal Tulisan Korea

Tulisan Korea, atau yang dikenal sebagai Hangul, memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Sebelum abad ke-15, masyarakat Korea menggunakan aksara Cina klasik, atau Hanja, dalam penulisan mereka. Namun, Hanja adalah sistem penulisan yang kompleks dan sulit dipelajari oleh rakyat biasa. Hal ini mendorong Raja Sejong yang berkuasa pada masa itu untuk menciptakan sistem penulisan baru yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh semua orang.

Pembuatan Hangul

Pada tahun 1446, Raja Sejong memperkenalkan Hangul kepada rakyatnya. Hangul adalah sistem penulisan fonetik yang terdiri dari 14 konsonan dan 10 vokal. Keunikan dari Hangul adalah setiap karakternya mewakili suara tertentu, sehingga memudahkan proses pembelajaran. Selain itu, Hangul juga dirancang dengan mempertimbangkan bentuk organ bicara manusia saat mengucapkan suara tersebut. Hal ini menjadikan Hangul sebagai sistem penulisan yang unik dan revolusioner.

Perlawanan dan Penerimaan Hangul

Meski Hangul dirancang untuk memudahkan rakyat biasa, awalnya sistem penulisan ini mendapat perlawanan dari kalangan elit dan sarjana yang sudah terbiasa menggunakan Hanja. Mereka menganggap Hangul sebagai bahasa yang rendah dan tidak sesuai dengan tradisi literasi Korea. Namun, seiring waktu, Hangul mulai diterima dan digunakan secara luas oleh masyarakat Korea. Pada abad ke-19, Hangul telah menjadi sistem penulisan utama di Korea.

Hangul dalam Era Modern

Di era modern, Hangul telah mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian. Misalnya, beberapa karakter yang jarang digunakan telah dihapus, dan aturan penulisan juga telah disederhanakan. Namun, prinsip dasar Hangul sebagai sistem penulisan fonetik yang mudah dipelajari tetap dipertahankan. Saat ini, Hangul tidak hanya digunakan di Korea Selatan dan Utara, tetapi juga oleh komunitas Korea di seluruh dunia.

Hangul dan Identitas Nasional Korea

Hangul tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol identitas nasional Korea. Pada tahun 1945, setelah kemerdekaan dari penjajahan Jepang, pemerintah Korea Selatan mempromosikan penggunaan Hangul sebagai bagian dari upaya membangun identitas nasional yang kuat. Hari Hangul, yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 9 Oktober, dijadikan sebagai hari libur nasional untuk menghargai kontribusi Hangul dalam budaya dan sejarah Korea.

Dalam perjalanannya, Hangul telah berkembang dari sistem penulisan yang awalnya ditentang menjadi simbol kebanggaan dan identitas nasional. Dengan desainnya yang unik dan mudah dipelajari, Hangul telah membantu masyarakat Korea dalam mengakses pengetahuan dan informasi. Dengan demikian, Hangul tidak hanya menjadi bagian integral dari sejarah dan budaya Korea, tetapi juga menjadi alat penting dalam pembangunan dan kemajuan negara tersebut.