Kata Baku dan Tidak Baku: Sebuah Tinjauan Historis dan Sosiolinguistik

Bahasa Indonesia, seperti bahasa lainnya, mengalami evolusi dan perubahan seiring waktu. Salah satu aspek yang menarik untuk diteliti adalah penggunaan kata baku dan tidak baku. Kata baku, yang dianggap sebagai bentuk yang benar dan resmi, seringkali berbenturan dengan kata tidak baku yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Artikel ini akan menelusuri sejarah dan aspek sosiolinguistik dari kata baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia, serta membahas implikasi dari penggunaan keduanya.

Asal Usul Kata Baku dalam Bahasa Indonesia

Kata baku dalam bahasa Indonesia memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan upaya pembakuan bahasa. Pada awal abad ke-20, para tokoh pergerakan nasional menyadari pentingnya memiliki bahasa nasional yang baku untuk mempersatukan bangsa. Proses pembakuan bahasa ini melibatkan pemilihan kata-kata yang dianggap paling tepat dan representatif untuk digunakan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, pemerintahan, dan media massa.

Salah satu tokoh penting dalam proses pembakuan bahasa adalah Prof. Dr. Poerwadarminta, yang menyusun kamus bahasa Indonesia pertama yang memuat kata-kata baku. Kamus ini menjadi acuan utama dalam menentukan kata baku dan tidak baku.

Faktor Sosiolinguistik yang Mempengaruhi Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku

Penggunaan kata baku dan tidak baku dipengaruhi oleh berbagai faktor sosiolinguistik, seperti status sosial, pendidikan, dan konteks komunikasi. Orang yang memiliki pendidikan tinggi cenderung menggunakan kata baku dalam komunikasi formal, sedangkan orang yang memiliki pendidikan rendah cenderung menggunakan kata tidak baku dalam percakapan sehari-hari.

Konteks komunikasi juga memainkan peran penting. Dalam situasi formal, seperti pidato resmi atau presentasi ilmiah, penggunaan kata baku sangat dianjurkan. Sebaliknya, dalam situasi informal, seperti percakapan dengan teman atau keluarga, penggunaan kata tidak baku lebih umum.

Implikasi Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku

Penggunaan kata baku dan tidak baku memiliki implikasi yang signifikan terhadap citra dan kredibilitas seseorang. Penggunaan kata baku menunjukkan bahwa seseorang memiliki pengetahuan dan penguasaan bahasa yang baik, serta menunjukkan rasa hormat terhadap lawan bicara. Sebaliknya, penggunaan kata tidak baku dapat dianggap sebagai tanda kurangnya pendidikan atau kurangnya keseriusan dalam berkomunikasi.

Kesimpulan

Kata baku dan tidak baku merupakan bagian integral dari bahasa Indonesia. Penggunaan keduanya dipengaruhi oleh faktor sejarah, sosiolinguistik, dan konteks komunikasi. Penting untuk memahami perbedaan antara kata baku dan tidak baku serta memilih kata yang tepat sesuai dengan situasi dan konteks. Penggunaan kata baku yang tepat dapat meningkatkan citra dan kredibilitas seseorang, sedangkan penggunaan kata tidak baku yang berlebihan dapat menimbulkan kesan negatif.