Senja di Rumah Kita **

** Senja menyapa dengan lembut, langit bergradasi jingga dan ungu. Aku duduk di teras, menikmati secangkir teh hangat. Aroma kayu manis dan cengkeh bercampur dengan aroma tanah basah setelah hujan. Di sampingku, Kakak sedang asyik membaca buku, sesekali ia tersenyum membaca kalimat-kalimat lucu di buku itu. Ayahku duduk di kursi goyang, matanya terpejam, menikmati alunan musik dari radio tua yang setia menemani hari-harinya. Ibu sibuk di dapur, menyiapkan makan malam. Suara riuh peralatan dapur berpadu dengan suara tawa Kakak dan desiran halaman yang diterpa angin. Suasana ini, sederhana namun hangat, adalah rumah. Rumah yang penuh dengan cinta dan tawa, rumah yang selalu menjadi pelabuhan bagi kami. Aku teringat masa kecilku, saat kami bermain petak umpet di halaman, saat Ayah mengajariku bersepeda, saat Ibu membacakan dongeng sebelum tidur. Kenangan-kenangan itu terukir indah di hatiku, menjadi bukti betapa beruntungnya aku memiliki keluarga yang luar biasa. Kakak menoleh, "Kamu melamun lagi, Dek?" tanyanya. Aku tersenyum, "Hanya memikirkan betapa bahagianya aku memiliki kalian semua." Senja semakin meredup, langit mulai gelap. Kami makan malam bersama, bercerita tentang hari ini, saling berbagi tawa dan cerita. Di tengah kesibukan hidup, momen-momen seperti ini adalah harta yang tak ternilai. Saat malam tiba, aku tertidur dengan perasaan tenang dan bahagia. Aku tahu, di rumah ini, aku selalu dicintai dan dilindungi. Aku tahu, keluarga adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki.