Ketika Nikmat Menjadi Beban: Sebuah Kisah tentang Ketidaksyukuran **

Di tengah hiruk pikuk kehidupan, kita seringkali terlena dengan berbagai nikmat yang Allah SWT berikan. Kelimpahan harta, kesehatan yang prima, keluarga yang harmonis, dan berbagai kemudahan lainnya, seakan menjadi hal yang lumrah dan tak perlu disyukuri. Namun, tahukah kita bahwa ketidaksyukuran dapat menjadi bumerang yang menghancurkan kebahagiaan kita? Kisah seorang pemuda bernama Arman menjadi contoh nyata dari bahaya ketidaksyukuran. Arman adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya. Sejak kecil, ia dimanjakan dengan segala kemewahan. Ia memiliki mobil mewah, gadget canggih, dan akses ke berbagai fasilitas eksklusif. Arman merasa dirinya istimewa dan menganggap semua yang dimilikinya adalah haknya. Ia tak pernah bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan. Seiring berjalannya waktu, sifat Arman semakin menjadi-jadi. Ia menjadi sombong, angkuh, dan tak peduli dengan orang lain. Ia menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain dan seringkali menghina mereka yang kurang beruntung. Arman lupa bahwa semua yang dimilikinya hanyalah titipan dari Allah SWT. Puncaknya, Arman terlibat dalam berbagai masalah. Ia terjerumus dalam pergaulan bebas, menghambur-hamburkan harta orang tuanya, dan bahkan terlibat dalam tindakan kriminal. Arman kehilangan segalanya, termasuk keluarga dan sahabatnya. Ia terpuruk dalam kesedihan dan penyesalan. Kisah Arman mengajarkan kita bahwa ketidaksyukuran dapat menghancurkan hidup kita. Nikmat yang kita terima bukanlah hak kita, melainkan titipan dari Allah SWT. Kita harus selalu bersyukur dan memanfaatkan nikmat tersebut untuk kebaikan. Jangan sampai kita terlena dan lupa diri, sehingga akhirnya kehilangan segalanya. Penutup:** Ketidaksyukuran adalah penyakit hati yang berbahaya. Ia dapat menghancurkan kebahagiaan dan masa depan kita. Marilah kita belajar dari kisah Arman dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan. Dengan bersyukur, hidup kita akan penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan.