Kenangan di Sudut Kelas **

** Hari itu, seperti biasanya, kelas VII-A dipenuhi dengan hiruk pikuk khas anak SMP. Suara tawa, bisikan, dan desis-desis pensil menggores kertas bercampur menjadi satu. Aku duduk di bangku paling belakang, dekat jendela, mengamati teman-teman sekelasku. Di sudut kelas, dekat lemari buku, ada Rara. Ia sedang asyik membaca buku komik, sesekali tersenyum sendiri. Rara adalah teman sebangku sekaligus sahabatku sejak kelas satu SD. Rambutnya yang hitam panjang selalu diikat rapi, matanya yang bulat berbinar-binar saat membaca, dan senyumnya yang manis selalu menular. Di seberang meja Rara, duduk Bagas. Ia adalah anak yang paling pendiam di kelas. Bagas selalu terlihat serius, bahkan saat pelajaran olahraga pun ia tak pernah terlihat bersemangat. Namun, di balik sikap pendiamnya, Bagas adalah anak yang baik hati dan selalu siap membantu teman-temannya. Di dekat pintu kelas, ada Dinda. Ia adalah anak yang paling ceria dan periang di kelas. Dinda selalu menjadi pusat perhatian, dengan tawa yang nyaring dan tingkahnya yang lucu. Ia selalu bersemangat dalam segala hal, dan selalu berusaha menghibur teman-temannya. Aku tersenyum melihat mereka. Keempat kami, Rara, Bagas, Dinda, dan aku, telah menjadi teman sejak kecil. Kami telah melewati banyak suka dan duka bersama. Kami saling mendukung dan menghibur satu sama lain. Saat bel istirahat berbunyi, kami berempat bergegas keluar kelas. Kami berencana untuk membeli jajanan di kantin. Di tengah jalan, Dinda tiba-tiba berhenti dan menunjuk ke arah lapangan. "Lihat, ada Pak Budi!" seru Dinda. Pak Budi adalah guru olahraga kami. Ia dikenal sebagai guru yang tegas dan disiplin. Namun, di balik sikap tegasnya, Pak Budi adalah orang yang baik hati dan perhatian. Kami berempat pun berlari ke arah lapangan. Pak Budi sedang berlatih basket bersama beberapa siswa. Kami mendekat dan menyapa Pak Budi. "Pak, lagi latihan basket ya?" tanya Rara. "Iya, Nak. Mau ikut latihan?" jawab Pak Budi. "Enggak, Pak. Kami mau ke kantin dulu," jawabku. Pak Budi tersenyum dan mengangguk. Kami pun berpamitan dan berlari menuju kantin. Di kantin, kami berempat asyik bercerita dan tertawa. Kami berbagi cerita tentang pelajaran, tentang teman-teman, dan tentang mimpi-mimpi kami di masa depan. Saat bel masuk berbunyi, kami kembali ke kelas. Kami berjanji untuk bertemu lagi di kantin saat istirahat siang. Aku kembali duduk di bangku belakang, dekat jendela. Aku menatap teman-teman sekelasku. Aku merasa sangat beruntung memiliki teman-teman seperti mereka. Mereka adalah bagian penting dari hidupku. Aku yakin, kenangan indah di kelas VII-A ini akan selalu terukir di hatiku.