Kamar Asrama yang Tak Terduga **

** Kanaya terbangun dengan rasa pusing yang luar biasa. Cahaya redup menembus kelopak matanya, dan dia menyadari bahwa dirinya berada di sebuah ruangan asing. Ingatannya berputar-putar, samar-samar dia mengingat kejadian sebelum terbangun di sini. Dia terlahir kembali ke dunia lain, sebuah dunia sihir yang penuh keajaiban. "Kau sudah bangun?" Suara berat dan sedikit kasar mengagetkannya. Kanaya mendongak dan melihat seorang gadis dengan rambut merah menyala dan mata tajam menatapnya dengan tidak sabar. "Namaku Riska, dan kau harus berbagi kamar denganku." Kanaya terdiam, sedikit takut dengan sikap Riska yang terkesan dingin dan pemarah. "Aku Kanaya," jawabnya pelan. "Baiklah, Kanaya. Jangan harap aku akan bersikap ramah padamu. Aku benci berbagi kamar, dan kau harus bersikap sopan jika ingin hidup tenang di sini." Riska berbalik dan mulai merapikan barang-barangnya. Kanaya menghela napas. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan teman sekamar yang begitu keras kepala. Namun, dia tidak punya pilihan lain selain menerima kenyataan. Dia harus belajar beradaptasi dengan dunia baru ini, dan Riska adalah bagian dari tantangannya. "Aku akan berusaha sebaik mungkin," kata Kanaya, mencoba tersenyum. Riska meliriknya sekilas, lalu kembali fokus pada barang-barangnya. "Lebih baik begitu," gumamnya. Hari-hari berikutnya terasa berat bagi Kanaya. Riska selalu bersikap dingin dan tidak ramah. Kanaya mencoba mendekatinya, namun Riska selalu menepisnya dengan kasar. Suatu hari, Kanaya melihat Riska sedang berlatih sihir dengan frustrasi. Dia terlihat kesulitan mengendalikan kekuatannya. Kanaya teringat bahwa dia juga pernah mengalami kesulitan yang sama saat pertama kali belajar sihir. "Kau kesulitan mengendalikannya?" tanya Kanaya, hati-hati. Riska terkejut dan menatap Kanaya dengan curiga. "Ini urusanmu?" "Aku hanya ingin membantu," jawab Kanaya. "Aku juga pernah mengalami kesulitan yang sama." Riska terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Baiklah, tunjukkan padaku apa yang kau tahu." Kanaya tersenyum lega. Dia akhirnya menemukan cara untuk mendekati Riska. Dia mengajari Riska beberapa teknik yang dia pelajari, dan Riska pun mulai menunjukkan kemajuan. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka mulai membaik. Riska masih bersikap keras kepala, namun dia mulai menunjukkan sisi lembutnya kepada Kanaya. Mereka mulai berbagi cerita dan saling membantu dalam kesulitan. Kanaya menyadari bahwa meskipun Riska tampak dingin dan pemarah, dia sebenarnya adalah orang yang baik hati dan peduli. Dia hanya terbiasa menutupi perasaannya dengan sikap kasar. Kamar asrama yang awalnya terasa menakutkan, kini menjadi tempat yang nyaman bagi Kanaya. Dia telah menemukan teman yang tak terduga, dan dia yakin bahwa petualangannya di dunia sihir ini akan penuh dengan kejutan dan tantangan yang menarik.