Luka Gracia, Bisikan Dukungan dari Jauh **

** Udara di ruang latihan terasa dingin, bahkan lebih dingin dari biasanya. Gracia terduduk di sudut, memegangi pergelangan kakinya yang terluka. Luka itu bukan sekadar lecet biasa, tapi sayatan yang cukup dalam, hasil dari gerakan salah saat latihan. Ria, pelatih mereka, segera menghampiri Gracia. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran, tangannya cekatan mengobati luka itu. "Awas, jangan bergerak," bisik Ria lembut, sambil membersihkan luka Gracia dengan kapas. Shani dan Feni, teman satu tim Gracia, hanya bisa terdiam di kejauhan. Mereka tahu Gracia sedang kesakitan, tapi tak bisa berbuat banyak. Tatapan mereka tertuju pada Gracia, penuh dengan rasa simpati dan kekhawatiran. Gracia berusaha menahan rasa sakit, tapi air matanya tak terbendung. Ia melirik ke arah Shani dan Feni, matanya memohon bantuan. Shani dan Feni mengerti kode itu. Mereka tahu Gracia membutuhkan lebih dari sekadar obat. Ia membutuhkan dukungan, semangat, dan rasa percaya diri. "Kita akan selalu ada untukmu, Gra," bisik Shani, matanya berkaca-kaca. Feni mengangguk setuju, "Kita akan terus berlatih, dan kita akan menang bersama." Gracia tersenyum tipis, meskipun rasa sakit masih terasa menusuk. Ia tahu, meskipun luka di kakinya terasa perih, luka di hatinya akan segera sembuh. Dukungan dari teman-temannya, seperti cahaya mentari yang menerobos awan gelap, menghangatkan hatinya dan memberinya kekuatan untuk bangkit kembali.