Kongres GAPI dan Gerakan Indonesia Berparleme

Pendahuluan: Kongres GAPI yang pertama dilaksanakan pada 4 Juli 1939 dengan tujuan membentuk narmen. Namun, Kongres ini tidak menghasilkan kemerdekaan yang penuh. Pada 19 September 1939, pecah Perang Dunia II, dan GAPI memanfaatkan situasi ini untuk menyampaikan aspirasinya. GAPI mengajak Jepang dan Belanda untuk bekerja sama menghadapi Jerman, dengan syarat Indonesia mendapatkan hak-hak baru dalam urusan pemerintahan. Bagian 1: Kongres Rakyat Menesia Pada Desember 1939, GAPI menyelenggarakan Kongres Rakyat Menesia di Jakarta. Tujuannya adalah melanjutkan gerakan "Indonesia Berparlemen" dan menyadarkan rakyat akan pentingnya membentuk tata negara yang demokratis. Keputusan penting dari kongres tersebut adalah penetapan bendera merah putih sebagai bendera kebangsaan, lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan, dan peningkatan penggunaan bahasa Indonesia bagi semua rakyat Indonesia. Bagian 2: Resolusi GAPI dalam Masa Darurat Perang Pada Agustus 1940, ketika negara Belanda telah dikuasa oleh Jepang, Indonesia dinyatakan dalam keadaan darurat perang. GAPI kembali mengeluarkan resolusi yang menuntut diadakannya Gerf. Resolusi ini menuntut penggantian Voissaad dengan sebuah parlemen yang sesungguhnya, dengan anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat, serta mengubah fungsi kepala-kepala departemen menjadi menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Resolusi ini dikirimkan kepada gubernur jenderal, Volisraad, Ratu Wihelmina, serta kabinet Belanda. Bagian 3: Komisi Visman Belanda menanggapi tuntutan itu dengan membentuk Komisi Visman pada 14 September 1940 di bawah pimpinan dr. F.H. Visman. Tugasnya adalah menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan. Komisi Visman sendiri tidak begitu disetujui oleh kaum pergerakan. Alasan utamanya adalah pada 1918 pernah dibentuk komisi serupa namun tidak menghasilkan apa pun. Meski demikian, Komisi tersebut tetap berjalan. Bagian 4: Penyesuaian Ketatanegaraan Pada 10 Mei 1941, Ratu Wihelmina menyatakan kesediaannya mempertimbangkan suatu penyesuaian ketatanegaraan bagi negara-negara di seberang termasuk Indonesia, serta menentukan kedudukan negara-negara tersebut dalam struktur kerajaan Belanda. Hasil kerja Komisi sangat tidak objektif dan mengecewakan. Hal itu terlihat dari rekomendasi akhir Komisi, yang menyatakan bahwa rakyat Indonesia sangat puas dengan pemerintah Belanda dan tetap ingin bergabung dengan Belanda. Kesimpulan: Kongres GAPI dan Gerakan Indonesia Berparlemen merupakan upaya untuk mencapai kemerdekaan dan demokrasi bagi Indonesia. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan kendala, gerakan ini terus berjuang dan memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia.