Studi Komparatif: Interpretasi 'Innahu Kana Tawwaba' dalam Berbagai Tafsir Al-Qur'an

Pendahuluan

Dalam studi Al-Qur'an, interpretasi ayat-ayat suci menjadi bagian penting untuk memahami pesan yang disampaikan. Salah satu ayat yang sering menjadi subjek interpretasi adalah 'Innahu Kana Tawwaba'. Ayat ini menggambarkan sifat Tuhan sebagai penerima taubat, namun interpretasinya bisa berbeda-beda tergantung pada tafsir yang digunakan. Artikel ini akan membahas interpretasi 'Innahu Kana Tawwaba' dalam berbagai tafsir Al-Qur'an.

Interpretasi dalam Tafsir Al-Jalalayn

Dalam Tafsir Al-Jalalayn, 'Innahu Kana Tawwaba' diartikan sebagai penegasan bahwa Allah adalah penerima taubat hamba-Nya. Tafsir ini menekankan bahwa Allah selalu menerima taubat hamba-Nya, selama mereka benar-benar menyesal dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan mereka.

Interpretasi dalam Tafsir Al-Tabari

Tafsir Al-Tabari memberikan interpretasi yang lebih mendalam terhadap 'Innahu Kana Tawwaba'. Menurut tafsir ini, Allah tidak hanya menerima taubat, tetapi juga memberikan petunjuk kepada hamba-Nya untuk kembali ke jalan yang benar. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya pasif menerima taubat, tetapi juga aktif membimbing hamba-Nya.

Interpretasi dalam Tafsir Al-Qurtubi

Tafsir Al-Qurtubi menekankan bahwa 'Innahu Kana Tawwaba' bukan hanya menggambarkan Allah sebagai penerima taubat, tetapi juga sebagai pemberi ampunan. Menurut tafsir ini, Allah tidak hanya menerima taubat hamba-Nya, tetapi juga mengampuni kesalahan mereka. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan yang penuh kasih sayang dan pengampun.

Interpretasi dalam Tafsir Ibnu Katsir

Tafsir Ibnu Katsir memberikan penekanan pada aspek kesabaran Allah dalam menerima taubat hamba-Nya. 'Innahu Kana Tawwaba' diartikan sebagai penegasan bahwa Allah selalu bersabar menunggu hamba-Nya untuk bertobat. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan yang sabar dan tidak cepat marah.

Penutup

Dari berbagai tafsir Al-Qur'an yang telah dibahas, dapat dilihat bahwa interpretasi 'Innahu Kana Tawwaba' memiliki variasi. Meski demikian, semua tafsir sepakat bahwa ayat ini menggambarkan Allah sebagai penerima taubat. Beberapa tafsir menambahkan bahwa Allah juga memberikan petunjuk, mengampuni kesalahan, dan bersabar menunggu hamba-Nya bertobat. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan yang penuh kasih sayang dan pengampun, yang selalu siap menerima taubat hamba-Nya.