Ayahku, Raja Lawakan! **

"Ayah, aku mau cerita!" seru Beni, anak kecil berumur 7 tahun, sambil berlari ke ruang tamu. Ayah Beni, Pak Budi, sedang asyik membaca koran. "Cerita apa, Nak?" tanyanya sambil tersenyum. "Tadi di sekolah, aku belajar tentang hewan," jawab Beni. "Aku belajar tentang gajah, singa, dan zebra!" "Wah, hebat! Kamu belajar banyak ya?" tanya Pak Budi. "Iya, Ayah. Aku juga belajar tentang burung," kata Beni. "Burung itu bisa terbang tinggi!" "Benar sekali, Nak. Burung itu memang hebat," jawab Pak Budi. "Tapi, tahu nggak, Nak? Ada burung yang lebih hebat lagi!" "Burung apa, Ayah?" tanya Beni penasaran. "Burung yang bisa ngakak!" jawab Pak Budi sambil tertawa terbahak-bahak. Beni mengerutkan keningnya. "Burung ngakak? Apa benar, Ayah?" "Hahaha...," Pak Budi tertawa lagi. "Ayah bercanda, Nak. Nggak ada burung yang bisa ngakak." "Oh," kata Beni kecewa. "Tapi, Ayah, aku suka cerita lucu!" "Hahaha...," Pak Budi tertawa lagi. "Ayah juga suka cerita lucu, Nak. Mau dengar cerita lucu dari Ayah?" "Mau!" jawab Beni dengan semangat. Pak Budi pun mulai bercerita. "Dulu, waktu Ayah masih kecil, Ayah punya teman yang suka banget bercanda. Suatu hari, dia bercerita tentang seekor kucing yang bisa ngomong." "Kucing ngomong? Benarkah, Ayah?" tanya Beni dengan mata berbinar. "Hahaha...," Pak Budi tertawa lagi. "Ayah bercanda, Nak. Nggak ada kucing yang bisa ngomong." "Oh," kata Beni kecewa. "Tapi, Ayah, aku suka cerita lucu!" "Hahaha...," Pak Budi tertawa lagi. "Ayah juga suka cerita lucu, Nak. Mau dengar cerita lucu lagi?" "Mau!" jawab Beni dengan semangat. Pak Budi pun melanjutkan ceritanya. Kali ini, dia bercerita tentang seekor anjing yang bisa menari. Beni tertawa terbahak-bahak mendengar cerita lucu dari ayahnya. "Ayah, Ayah memang raja lawakan!" seru Beni sambil memeluk ayahnya. Pak Budi tersenyum bahagia. "Hahaha...," tawanya. "Ayah senang bisa membuatmu tertawa, Nak." Beni dan Pak Budi pun menghabiskan sore itu dengan bercerita dan tertawa bersama. Mereka berdua sangat bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama dengan penuh keceriaan. Pesan:** Cerita ini menunjukkan bahwa humor dan keceriaan dapat mempererat hubungan antara ayah dan anak. Tertawa bersama dapat menciptakan momen-momen indah dan tak terlupakan. Ayah yang humoris dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi anak-anaknya.