Rahasia di Balik Senyum Lia dan Sila **

Matahari sore mulai meredup saat Lia dan Sila melangkah keluar dari gerbang sekolah. Senyum mereka, yang biasanya ceria, tampak lesu. Hari ini, lagi-lagi mereka menjadi sasaran bully di sekolah. Kata-kata kasar dan ejekan menusuk hati mereka, namun mereka memilih untuk diam. Takut, malu, dan tak ingin menambah beban orang tua mereka, mereka menyimpan luka itu dalam hati. Sepanjang perjalanan pulang, air mata Lia dan Sila tak henti mengalir. Mereka meringkuk di kursi belakang mobil, dihibur oleh bodyguard mereka yang setia. "Kenapa sih, Kak? Kenapa kita harus di-bully?" tanya Sila lirih, suaranya bergetar. Lia hanya menggeleng, tak mampu menjawab. Mobil mewah itu akhirnya berhenti di depan gedung pencakar langit, kantor milik Argantara, ayah mereka, yang juga merupakan pengusaha terkaya di dunia. Di sana, mereka bertemu dengan keenam kakak mereka, Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine, yang juga anggota JKT48. "Lia, Sila, kenapa kalian menangis?" tanya Shani lembut, mengelus pipi adiknya. Namun, Lia dan Sila hanya menggeleng lemah. Mereka tak sanggup menceritakan apa yang terjadi. Saat hendak memasuki ruangan orang tua mereka, tubuh Lia dan Sila tiba-tiba lemas. Mereka jatuh pingsan, membuat para bodyguard panik. "Pak Argantara, Bu Veranda, Lia dan Sila pingsan!" teriak salah seorang bodyguard, berlari masuk ke ruangan. Argantara dan Veranda, yang tengah membahas proyek baru, langsung berhamburan keluar. Mereka panik melihat kedua putri kesayangan mereka terbaring tak sadarkan diri. "Cepat, bawa mereka ke rumah sakit!" perintah Argantara, suaranya bergetar. Di rumah sakit, dokter memeriksa Lia dan Sila. "Mereka kelelahan dan mengalami stres berat," ujar dokter. Argantara dan Veranda terdiam. Mereka tak pernah menyangka, di balik senyum ceria Lia dan Sila, tersimpan luka yang begitu dalam. Akhir:** Kejadian itu menjadi titik balik bagi keluarga Argantara. Mereka menyadari bahwa kekayaan dan kesuksesan tak menjamin kebahagiaan. Mereka berjanji untuk lebih memperhatikan Lia dan Sila, dan membantu mereka mengatasi masalah bullying yang mereka alami. Mereka juga bertekad untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi kedua putri mereka, agar mereka bisa tumbuh dengan bahagia dan penuh percaya diri.