Penerapan HACCP dalam Industri Pangan di Indonesi

Sejarah dan Penerapan HACCP di Indonesia Sejarah Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dimulai pada tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai program kerjasama antara NASA, US Army, dan Pillsbury untuk memastikan keamanan pangan bagi astronot. Penerapannya di Indonesia dimulai pada tahun 1995 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Pangan. HACCP telah menjadi persyaratan wajib bagi semua industri pangan di Indonesia sejak itu. Prinsip HACCP dan Contoh Penerapannya pada Produk Peternakan Ada tujuh prinsip utama dalam HACCP, yaitu analisis bahaya, identifikasi titik kontrol kritis, menetapkan batas kritis, memantau titik kontrol kritis, tindakan korektif, verifikasi, dan dokumentasi. Misalnya, pada produk peternakan seperti daging sapi olahan, penerapan HACCP melibatkan identifikasi bahaya seperti kontaminasi bakteri, penentuan titik kontrol kritis seperti suhu penyimpanan, pemantauan suhu secara berkala, tindakan korektif jika suhu tidak sesuai, verifikasi melalui uji laboratorium, dan dokumentasi seluruh proses. Hubungan antara GMP, SOP, dan HACCP Good Manufacturing Practice (GMP) dan Standard Operating Procedure (SOP) merupakan bagian integral dari penerapan HACCP. GMP dan SOP membantu menciptakan lingkungan produksi yang bersih, aman, dan terkontrol, sehingga mendukung implementasi HACCP. Misalnya, GMP dan SOP dapat mengatur prosedur sanitasi, pelatihan karyawan, dan pemeliharaan peralatan, yang semuanya penting dalam penerapan HACCP. Syarat BPOM bagi Industri Rumah Tangga dalam Menghasilkan Produk Pangan Berkualitas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki persyaratan ketat bagi industri rumah tangga dalam menghasilkan produk pangan berkualitas. Beberapa syaratnya meliputi pendaftaran produk, label yang jelas, standar kebersihan, dan penggunaan bahan baku yang aman. Selain itu, BPOM juga melakukan pengawasan secara berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi. Perbedaan Mutu dan Kualitas Mutu merujuk pada keseluruhan karakteristik produk yang mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan atau harapan konsumen, sementara kualitas lebih fokus pada tingkat keunggulan atau kecocokan produk dengan spesifikasi yang ditetapkan. Dalam konteks pangan, mutu dapat mencakup rasa, tekstur, dan nilai gizi, sedangkan kualitas dapat mencakup kebersihan, keamanan, dan kepatuhan terhadap standar. Dengan demikian, penerapan HACCP dalam industri pangan di Indonesia sangat penting untuk memastikan keamanan dan kualitas produk. Melalui integrasi dengan GMP, SOP, dan pemenuhan syarat BPOM, industri rumah tangga maupun skala besar dapat memastikan bahwa produk pangan yang dihasilkan memenuhi standar mutu dan kualitas yang ditetapkan.