Petualangan Putri Ria dan Rahasia Ruang Sidang **

Matahari sore menerobos jendela kamar Putri Shani, menerangi buku-buku tebal yang terhampar di meja belajarnya. Putri Ria, adiknya, melangkah masuk dengan wajah bingung. "Shani, bisakah kau jelaskan tugas sejarah ini? Aku tidak mengerti tentang tugas raja dan ratu," pintanya. Shani, dengan sabar, mulai menjelaskan tugas-tugas kerajaan. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras. Raja dan Ratu, orang tua mereka, berdiri di ambang pintu dengan wajah khawatir. Kaget, Ria tersandung dan kepalanya membentur meja belajar Shani. "Aduh!" teriak Ria, memegangi kepalanya yang sedikit benjol. Air mata mengalir di pipinya. Shani langsung memeluk Ria, menenangkannya. Malam itu, pelayan istana menyampaikan pesan dari Raja dan Ratu. "Putri Shani dan Putri Ria, Yang Mulia memanggil kalian ke ruang sidang," katanya. Dengan hati berdebar, Shani dan Ria berjalan menuju ruang sidang. Mereka duduk di samping Raja dan Ratu. "Ria, bagaimana keadaanmu?" tanya Raja dengan lembut. "Kepalaku sedikit benjol, Ayah," jawab Ria, masih sedikit sempoyongan. "Kami mendengar tentang kejadian tadi," kata Ratu. "Kami ingin memastikan kau baik-baik saja." "Terima kasih, Ibu," jawab Ria. "Ada satu hal lagi yang ingin kami bicarakan," kata Raja. "Kami ingin kalian berdua belajar tentang tugas-tugas kerajaan dengan lebih serius. Kalian adalah penerus tahta, dan tanggung jawab kalian sangat besar." Shani dan Ria mengangguk, memahami pesan orang tua mereka. Mereka menyadari bahwa menjadi putri kerajaan bukan hanya tentang gaun indah dan pesta mewah, tetapi juga tentang tanggung jawab dan dedikasi untuk rakyat mereka. Catatan:** Cerita ini menekankan pentingnya tanggung jawab dan dedikasi, serta kasih sayang keluarga. Meskipun ada kejadian kecil yang membuat Ria terluka, cerita ini berakhir dengan pesan positif tentang pentingnya pendidikan dan persiapan untuk masa depan.