Ekowisata Subak Sembung: Mengelola Lingkungan dengan Aktivitas Positif

Organisasi nonpemerintah, PPLH Bali, telah aktif mendampingi warga dalam mengelola lingkungan, terutama subak dan sampah. Salah satu contohnya adalah kerjasama dengan anggota Subak Embung dalam mengadakan berbagai kegiatan di subak tersebut. Salah satu kegiatan yang baru-baru ini diadakan adalah pasar produk pertanian organik di Wantilan Subak Sembung. Dalam pasar dadakan ini, berbagai produk pertanian organik seperti beras, sayur, keripik, dan tuak manis khas Ball ditawarkan kepada masyarakat. Dengan adanya aneka pohon dan tanaman di depannya, Wantilan Subak Sembung juga terlihat sangat asri. Namun, pasar produk pertanian bukanlah satu-satunya kegiatan yang didukung oleh PPLH Bali. Mereka juga memberikan pelatihan-pelatihan seperti panduan ekowisata, pembuatan keripik, pengolahan jus, pembuatan peta objek wisata, dan promosi. Selain itu, PPLH Bali juga melakukan identifikasi sumber daya manusia dan menyatukan visi serta misi antarpengurus Subak Sembung. Tujuan dari semua ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petani dan menjadikan Subak Sembung sebagai kelompok ekowisata yang solid dan profesional. Melalui pendampingan dari pemerintah, lembaga penelitian, dan LSM seperti PPLH Bali, petani di Subak Sembung tidak hanya menghasilkan beras dan palawija, tetapi juga mampu mengelola subak mereka sebagai tempat wisata. Hal ini merupakan hasil dari proses belajar yang terus berlangsung bagi mereka. Salah satu petani, Made Suastika, yang juga Jro Mangku Pura Dalem Khayangan di kawasan ini, mengungkapkan bahwa secara fisik, kawasan persawahan kini lebih tertata. Pematang sawah dilengkapi dengan jalan beton selebar 2 meter sepanjang sekira 1 km. Saluran air di sebelah jalan beton juga mengalirkan air dengan lancar, membelah dan mengairi sawah. Meskipun hujan belum turun di Denpasar, petani di Subak Sembung tidak terlalu terpengaruh karena sawah-sawah mereka masih tercukupi air. Beberapa petani sedang menanam bibit padi, sementara yang lain sedang menyiangi rumput. Selain itu, di sepanjang jalan beton tersebut terdapat pula aneka tanaman obat-obatan dan tanaman untuk sarana sembahyang umat Hindu Bali, terutama bunga. Salah satu petani, Ni Ketut Sari, menanam bunga pacar yang menjadi salah satu bagian penting dalam banten atau persembahan umat Hindu saat sembahyang. Pagi itu, Sari bersama suaminya memanen bunga-bunga tersebut untuk dijual ke pasar. Warna merah bunga pacar menjadi pemandangan yang indah di tengah hijaunya sawah. Bagi para pengunjung, pemandangan sawah dengan sarana untuk berjalan-jalan sangat menyenangkan. Selain bisa menikmati udara segar di kota, mereka juga bisa belajar tentang pertanian. Mei Rismawati, seorang warga Denpasar yang sedang berolahraga, mengungkapkan bahwa ini adalah pengalaman yang menyenangkan karena bisa sambil berolahraga dan belajar tentang pertanian. Di beberapa bagian jalan beton untuk pejalan kaki, terdapat pula bale bengong atau balai untuk bersantai. Pengunjung bisa beristirahat sambil menikmati pemandangan sawah yang indah. Namun, yang lebih penting dari itu semua, ekowisata Subak Sembung merupakan upaya untuk melestarikan lingkungan, menyelamatkan sawah, dan mencegah banjir. Dengan adanya dukungan dari PPLH Bali dan kerjasama antara petani dan masyarakat, Subak Sembung telah berhasil mengelola lingkungan dengan aktivitas positif. Melalui kegiatan ekowisata dan pendampingan yang dilakukan, mereka tidak hanya menghasilkan produk pertanian yang berkualitas, tet