Pentingnya Menghargai Bumi dan Mengambil Tindakan untuk Membawanya Kembali

Pada suatu waktu, ada seorang pria yang berdiri di bukit rumput hijau dan melihat bintang. Semuanya yang dia pikirkan dan impikan adalah bintang. Bintang itu adalah sesuatu yang luar biasa dan indah baginya, dan dia sangat ingin mengunjunginya. Dia naik ke puncak pohon dan mencapai bintang, tetapi dia tidak pernah dekat dengan itu. Dia mendengar burung-burung bernyanyi saat dia duduk di pohon. Secepat itu, pohon-pohon diisi dengan burung-burung berbagai jenis dan warna. Beberapa burung terbang lebih dekat ke bintang. "Itu dia! Saya harus terbang," kata pria itu. "Sekarang saya tahu apa yang saya butuhkan. Saya perlu memiliki roket untuk terbang ke bintang. Pria itu memiliki beberapa pabrik di dekatnya. Dia berlari ke setiap satu. "Bangunlah roket untukku," dia perintah orang-orang yang bekerja di sana. "Potong pohon-pohon, gali batubara, dan bakar segala sesuatu sampai kamu membangun roket yang bisa terbang ke bintang." Para pembuat roket bekerja selama beberapa tahun. Api di pabrik-pabrik itu berderak dan berbunyi. Asap keluar dan sampah menumpuk di seluruh rumput dan pohon. Akhirnya, roket siap, tetapi tidak ada tempat untuk meluncurkannya. Di mana pun pria itu melihat, semua yang bisa dilihatnya adalah sampah dan limbah dari pabrik-pabrik itu. Pria itu membawanya ke puncak salah satu tempat sampah terbesar dan meluncurkan roket ke bintang. Ketika dia mendarat di bintang, pria itu melihat sekeliling dengan kejutan. Tidak ada yang indah di seluruh bintang. Tidak ada pohon, bunga, atau rumput yang bisa dilihat. Dia sangat sedih. Satu-satunya hal yang indah yang dia adalah bintang lain yang jauh di langit gelap. "Saya akan pergi ke bintang itu," katanya. Dan begitulah dia pergi lagi dengan roketnya. Di Bumi, tempat sampah masih terbakar dan gunung berderak. Di dalam bumi, panas dan kebisingan terbangun beberapa dinosaurus dan hewan kuno lainnya yang telah tidur tersembunyi di sana selama jutaan tahun. Mereka mengangkat dan merentangkan diri mereka sendiri. Permukaan bumi pecah dan keluarlah berbagai makhluk. Seorang dinosaurus mengangkat hidungnya dan melihat sekeliling. "Oh My," katanya. "Jika kita ingin tinggal di sini, kita harus memulai pekerjaan dan membersihkannya." Beberapa dinosaurus membakar sampah di gunung berapi. Dinosaurus lain merobohkan jalan-jalan. Ketika sampah dibersihkan, tunas hijau mulai muncul, tumbuh melalui bangunan pabrik. Telepon dan tiang besi ditutupi dengan bunga yang menggantung. Pohon dan bunga menyebar di seluruh dunia seperti senyuman. Selama ini, pria itu sedang menuju bintang barunya, tetapi dia tidak tahu bahwa bintang itu adalah Bumi yang sama yang dia tinggalkan lama yang lalu. Ketika dia mendarat di hutan yang kaya dengan tumbuhan hijau, pohon-pohon yang manis dengan aroma bunga, dan penuh dengan burung yang bernyanyi, dia berkata, "Akhirnya, saya telah menemukan bintang saya." "Bintang siapa?" tanya dinosaurus terbesar. "Milikku," kata pria itu. "Sampah," kata dinosaurus. "Sampahmu!" kata pria itu. "Kamu tidak pikir itu milikmu, kan? Kamu tahu, kamu tidak bisa menjaga bintang ini karena otakmu kecil seperti saya. Sebenarnya, otak kita hampir sama besar, tetapi