Dampak Konflik Antara PT PN dan Masyarakat Akibat Land Clearing

Pada saat rekomendasi pembaharuan Hak Guna Usaha (HGU) PT PN disetujui, pihak perusahaan mulai melakukan land clearing atau pembersihan lahan. Namun, tindakan ini menimbulkan kontroversi di masyarakat karena dianggap sebagai penggusuran lahan yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai mata pencaharian warga setempat. Akibatnya, lahan yang dulunya ditanami berbagai jenis tanaman seperti pohon jati, rambutan, durian, kelapa, serta digunakan untuk beternak, kini telah menjadi kosong tanpa ada ganti rugi yang memadai bagi masyarakat. Dampak dari kegiatan land clearing ini sangat dirasakan oleh masyarakat, dengan kerugian mencapai milyaran rupiah. Hal ini memicu terjadinya konflik antara PT PN dan masyarakat, yang bahkan berujung pada aksi protes dan perusakan fasilitas milik perusahaan. Contohnya, masyarakat merobohkan papan informasi Dislitbang (Dinas Penelitian dan Pengembangan) milik PT PN di Maiwa. Aksi protes juga meluas ke seluruh kawasan Kabupaten Enrekang, menunjukkan ketidakpuasan yang merata di kalangan masyarakat. Situasi ini menggambarkan pentingnya dialog dan komunikasi yang baik antara perusahaan dan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam. Konflik yang terjadi dapat merugikan kedua belah pihak, sehingga solusi yang adil dan berkelanjutan perlu dicari untuk menjaga keberlangsungan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.