Masa Orde Lama: Penyimpangan Terhadap Pancasila dan UUD 1945

Masa Orde Lama, yang berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998, merupakan periode yang ditandai oleh penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Pada masa ini, terjadi beberapa peristiwa yang melanggar prinsip-prinsip dasar negara. Salah satu penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Lama adalah penetapan Presiden Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Tindakan ini melanggar prinsip demokrasi yang seharusnya menghormati pemilihan presiden secara berkala. Selain itu, pada tanggal 5 Maret 1960, Presiden Soekarno juga mengeluarkan Keputusan Presiden No 3/1960 yang menyatakan bahwa DPR hasil pemilu akan ditetapkan oleh Presiden. Hal ini mengabaikan prinsip pemilihan umum yang seharusnya memberikan wewenang kepada rakyat untuk memilih wakil-wakil mereka di DPR. Perubahan bentuk negara juga terjadi pada masa Orde Lama. Indonesia berubah dari Republik Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun perubahan ini dilakukan dengan alasan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, namun hal ini juga melanggar prinsip dasar negara yang mengakui adanya otonomi daerah. Selain itu, pada masa Orde Lama, Presiden juga membentuk MPPS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) yang memiliki kekuasaan yang sangat besar. Hal ini melanggar prinsip pembagian kekuasaan yang seharusnya ada di antara lembaga-lembaga negara. Periode tahun 1998 hingga sekarang, yang dikenal sebagai masa Reformasi, merupakan masa di mana masyarakat bebas untuk berekspresi, berbicara, berorganisasi, dan sebagainya. Masa ini merupakan perubahan signifikan dari masa Orde Lama yang lebih otoriter dan terbatas dalam kebebasan berpendapat. Dalam konteks ideologi, Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut ideologi Pancasila. Ideologi ini menekankan pada nilai-nilai dasar seperti keadilan, demokrasi, persatuan, dan kesejahteraan. Pancasila juga mengakui kebebasan individu dalam menjalankan nilai-nilai dan keyakinan mereka, selama tidak melanggar hukum dan prinsip-prinsip dasar negara. Dalam dimensi struktural, Pancasila memiliki empat dimensi, yaitu dimensi kealaman, dimensi normatif, dimensi realitas, dan dimensi instrumental. Dimensi kealaman mengacu pada nilai-nilai dan cita-cita yang tidak dipaksakan dan dapat diterima oleh semua orang. Dimensi normatif mengacu pada dasar-dasar hukum dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimensi realitas mengacu pada kondisi nyata dalam masyarakat dan negara. Sedangkan dimensi instrumental mengacu pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan nilai-nilai Pancasila. Dalam dimensi Pancasila sebagai ideologi terbuka, struktur dan sistem yang adil dan berkeadilan adalah salah satu prinsip utama. Prinsip ini mengacu pada keadilan sosial dan keadilan ekonomi yang harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pembukaan UUD 1945, terdapat alinea pertama yang menyatakan bahwa hak asasi manusia bersifat universal. Alinea ini menegaskan bahwa semua manusia memiliki hak yang sama dan tidak boleh diskriminatif. Selain itu, alinea tersebut juga mencerminkan pandangan bahwa penjajahan adalah tindakan yang tidak adil dan merendahkan derajat manusia. Perlakuan terhadap manusia secara tidak adil juga terjadi pada masa Orde Lama. Salah satu contohnya adalah perampasan kebebasan berekspresi. Pada masa tersebut, masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat mereka secara terbuka dan bebas. Dalam kesimpulan, masa Orde Lama merupakan masa yang ditandai oleh penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Beberapa penyimpangan yang terjadi meliputi penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden, perubahan bentuk negara yang melanggar prinsip otonomi daerah, dan pembatasan kebebasan berekspresi. Masa Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 membawa perubahan signifikan dalam hal kebebasan berpendapat dan berorganisasi, serta mengembalikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.