Mengangkat Suara Korban: Berdoa dan Mendukung Setelah Letusan Gunung"** **

** Pada suatu hari yang tak terlupakan, langit yang seharum menyapa dengan cahaya matahari pagi terbit, tiba-tiba terbalik menjadi gelap gulita. Awan tebal menutupi langit, menghembuskan hembusan angin dingin yang membawa dengan dirganya kabut tipis. Tidak ada yang merasakan ketidaknyamanan itu, kecuali sekelompok kecil yang tinggal di kaki gunung berapi yang tak terhingga rasa tangisannya. Di antara mereka, ada seorang ibu bernama Rina yang mencoba menenangkan anak-anaknya yang ketakutan. "Tenang, Nak," ujarnya dengan suara lembut sambil memeluk kedua anaknya. Namun, ketenangan itu hanya tahan sejenak. Sebelum mereka sadar, letusan dahsyat mengguncang tanah. Langit terbelah, dan dari dalam bumi muncul lahar panas yang memakan segala sesuatu di jalannya. Ketika kehancuran mulai mereda, Rina dan anak-anaknya berusaha keluar dari kawah api yang telah menghanguskan rumah mereka. Mereka berlari tanpa arah, hanya ingin selamat. Di tengah kebingungan, terdengar suara teriakan memohon tobat dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang-orang lain juga ikut berteriak, memohon agar bencana ini segera berakhir. Setelah letusan reda, muncul gambaran pemandangan yang menakutkan. Hanya puing-puing yang tersisa dari bangunan yang pernah berdiri kokoh. Semua harta benda menguap, meninggalkan asap sebagai kesaksian duka yang mendalam. Rina dan anak-anaknya akhirnya menemukan tempat yang relatif aman, namun hati mereka tetap berduka. Saat ini, kami memohon kepada para pembaca yang terhormat, untuk memberikan dukungan dan doa bagi korban-korban bencana ini. Setiap sumbangan, baik berupa dana, pakaian, maupun makanan, akan sangat berarti bagi mereka yang kehilangan segalanya. Mari kita tunjukkan solidaritas dan kepedulian kita sebagai satu umat manusia. Dengan penuh harapan, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan doa Anda. Semoga Tuhan selalu melindungi kita semua dari bencana alam yang dahsyat.