Perjuangan Indonesia untuk Kembali Menguasai Irian Barat: Sebuah Analisis Historis

Pada tanggal 30 September 1960, Presiden Soekarno berbicara di Sidang Majelis Umum PBB dan menegaskan kembali upaya Indonesia untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia. Dalam pidatonya yang berjudul "Membangun Dunia Kembali," Soekarno menekankan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan masalah Irian Barat telah gagal. Dia menyatakan bahwa harapan, kesabaran, dan toleransi telah hilang, dan bahwa Belanda tidak memberikan alternatif lain selain dari memperkuat sikap Indonesia. Perdebatan Irian Barat di PBB menghasilkan usulan dari wakil Amerika Serikat di PBB, Ellsworth Bunker, yang menyarankan agar Belanda menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepada Republik Indonesia melalui PBB dalam waktu dua tahun. Meskipun usulan ini secara prinsip disetujui oleh pemerintah Indonesia, pemerintah Belanda lebih memilih untuk membentuk negara bagian Papua terlebih dahulu. Presiden Soekarno merespons dengan "Politik Konfrontasi disertai dengan tangan yang terbuka. Palu godam disertai dengan ajakan bersahabat." Setelah upaya-upaya diplomatis dan politik-ekonomi gagal, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menempuh jalur konfrontasi militer untuk merebut kembali Irian Barat. Dalam rangka persiapan kekuatan militer, pemerintah Indonesia mencari bantuan senjata dari negara-negara luar negeri, terutama Amerika Serikat dan Uni Soviet. Namun, upaya-upaya ini tidak menghasilkan hasil yang memuaskan. Akhirnya, Belanda menyadari bahwa jika Irian Barat tidak diserahkan secara damai kepada Indonesia, Indonesia akan menempuh tindakan militer. Dalam respons terhadap persiapan militer Indonesia, Belanda mengajukan nota protes kepada PBB dan memperkuat kehadirannya di Irian Barat dengan mengerahkan kapal perangnya, termasuk kapal induk Karel Doorman. Perjuangan Indonesia untuk kembali menguasai Irian Barat adalah bagian penting dari sejarah negara itu. Meskipun upaya-upaya diplomatis dan politik-ekonomi gagal, pemerintah Indonesia bersedia menempuh jalur konfrontasi militer untuk mencapai tujuan mereka. Perjuangan ini menunjukkan keteguhan dan keberanian pemerintah Indonesia dalam memperjuangkan hak mereka atas wilayah yang mereka anggap sebagai bagian dari Republik Indonesia.