Pertumbuhan Profesi Bidan: Dari Impian ke Realitas" 2.

Dalam perjalanan hidupnya, [Nama Lengkap] tidak selalu bercita-cita menjadi bidan. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pertama (SMP), dia merasa tertarik untuk menjadi artis di Jakarta setelah melihat tetangganya yang memiliki kulit yang putih dan terlihat cantik setelah pulang merantau. Namun, orang tuanya tidak setuju dengan pilihan tersebut dan mengarahkan dia ke bidang kesehatan. Sebenarnya, [Nama Lengkap] lebih tertarik pada mengajar dan menjadi seorang guru. Ketika dia bekerja sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Kementerian, dia mulai mengajar di SMK sambil bekerja sebagai PTT. Meskipun awalnya dia merasa tidak cocok dengan profesi bidan, [Nama Lengkap] mulai menemukan kepuasan dalam pekerjaannya saat melihat dampak positif yang diberikan oleh profesi tersebut kepada orang lain. Salah satu hal yang membuat [Nama Lengkap] senang menjadi bidan adalah kemampuannya untuk membantu orang lain. Dia menyadari bahwa meskipun uang dan materi dapat membantu, profesi bidan memberikan dampak yang lebih signifikan pada kehidupan orang lain. Dia melayani pasien dari usia nol hingga lansia dengan memberikan imunisasi, penimbangan, pemberian obat cacing, imunisasi, dan berbagai layanan kesehatan lainnya. Namun, sebagai seorang bidan juga ada tantangan yang harus dihadapi oleh [Nama Lengkap]. Salah satu tantangan terbesarnya adalah ketika dia memberikan edukasi kepada masyarakat tetapi tidak melihat perubahan atau dukungan dari mereka. Dia pernah menempelkan stiker anti-rokok di balai desa tetapi masih banyak aparat-aparat pemerintah yang merokok di tempat-tempat umum. Titik terendah dalam karieranya adalah ketika dia melihat kader-kader bawahnya tidak mendukung atau membantu program-program kesehatan masyarakat. Ini