Bayangan Api di Istana Es **

** Di tengah kerajaan yang diselimuti salju abadi, di mana sihir dianggap sebagai kutukan, lahirlah seorang pangeran bernama Alastor. Ia adalah satu-satunya pewaris tahta Kaisar Eldric, namun kehadirannya di istana justru membawa kegelapan. Alastor terlahir dengan bakat sihir yang kuat, sebuah kekuatan yang dibenci dan ditakuti oleh rakyatnya. Ibu kandungnya, Permaisuri Elara, menjauhinya, menganggap Alastor sebagai aib yang mencoreng kehormatan keluarga kerajaan. Hanya Kaisar Eldric, sang ayah, yang menerima Alastor dengan tangan terbuka. Ia mengajarkan Alastor tentang tanggung jawab seorang pemimpin, tentang keadilan dan kasih sayang, meskipun Alastor sendiri merasakan dinginnya perlakuan orang-orang di sekitarnya. Pengasuh Alastor, seorang wanita tua bernama Elara, menjadi satu-satunya teman sejati yang ia miliki. Elara mengajarkan Alastor tentang kekuatan sihirnya, bagaimana mengendalikannya, dan bagaimana menggunakannya untuk kebaikan. Namun, di luar tembok istana, Alastor dijauhi dan dihina. Anak-anak seusianya melemparkan batu dan ejekan, sementara para bangsawan berbisik tentang kutukan yang menempel pada dirinya. Alastor tumbuh dalam kesendirian, dihantui oleh rasa sakit dan penolakan. Ia belajar untuk menyembunyikan kekuatannya, untuk menjadi bayangan yang tak terlihat di tengah hiruk pikuk istana. Namun, di balik topeng kesedihannya, api amarah membara. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk membuktikan bahwa ia layak menjadi penerus tahta, bahwa ia bukan monster yang ditakuti, melainkan pemimpin yang akan membawa perubahan. Ketika Kaisar Eldric jatuh sakit, Alastor akhirnya mendapatkan kesempatan untuk membuktikan dirinya. Ia menggunakan kekuatan sihirnya untuk menyembuhkan ayahnya, mengalahkan para musuh yang mengancam kerajaan, dan menunjukkan kepada rakyatnya bahwa sihir bukanlah kutukan, melainkan kekuatan yang dapat digunakan untuk kebaikan. Alastor, sang pangeran yang dijauhi, akhirnya bangkit dari bayang-bayang. Ia menjadi pemimpin yang bijaksana dan adil, yang membawa kemakmuran dan kedamaian bagi kerajaannya. Ia membuktikan bahwa cinta dan penerimaan dapat mencairkan es yang paling dingin, dan bahwa bahkan di tengah kegelapan, api harapan selalu dapat menyala.