Sumpah Pemuda dan Api Literasi yang Tak Kunjung Padam **

Di tengah hiruk pikuk zaman modern, di mana informasi mengalir deras dan teknologi merangsek ke segala lini kehidupan, semangat Sumpah Pemuda seakan berbisik lembut, mengingatkan kita pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan para pendahulu. Sumpah Pemuda, yang diikrarkan pada tahun 1928, bukan sekadar seruan kosong, melainkan sebuah api literasi yang tak kunjung padam, yang terus menyala hingga kini. Bayangkanlah, di tengah keterbatasan teknologi dan akses informasi, para pemuda kala itu telah menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan. Mereka bertekad untuk membangun bangsa yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat. Sumpah Pemuda menjadi tonggak sejarah, sebuah bukti nyata bahwa literasi, dalam arti luas, telah menjadi pondasi bagi kemajuan bangsa. Literasi, dalam konteks ini, bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga tentang kemampuan berpikir kritis, memahami informasi, dan mengolahnya menjadi pengetahuan yang bermanfaat. Para pemuda 1928 telah menunjukkan bahwa literasi adalah kunci untuk mencapai cita-cita bersama. Mereka membaca buku, berdiskusi, dan saling bertukar pikiran, hingga akhirnya melahirkan tekad bulat untuk merdeka. Hari ini, di era digital, api literasi Sumpah Pemuda tetap menyala. Kita memiliki akses informasi yang tak terbatas, namun tantangannya adalah bagaimana kita menyaring informasi tersebut, memilah yang benar dan bermanfaat, dan mengolahnya menjadi pengetahuan yang membangun. Sumpah Pemuda mengajarkan kita untuk tidak hanya menjadi penerima informasi pasif, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif. Kita harus membaca, berpikir kritis, dan berdiskusi, agar dapat memahami realitas dan menemukan solusi atas berbagai permasalahan bangsa. Melalui literasi, kita dapat meneruskan api semangat Sumpah Pemuda, membangun bangsa yang maju, berdaulat, dan sejahtera. Mari kita jadikan Sumpah Pemuda sebagai inspirasi untuk terus belajar, berinovasi, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Pesan:** Sumpah Pemuda adalah bukti nyata bahwa literasi adalah kunci kemajuan bangsa. Di era digital, kita harus meneruskan api semangat Sumpah Pemuda dengan menjadi agen perubahan yang aktif, membaca, berpikir kritis, dan berdiskusi untuk membangun bangsa yang lebih baik.