Hening di Tengah Harum Udang **

** Udara dipenuhi aroma gurih udang goreng yang baru matang. Aroma itu menguar dari meja makan, mengundang selera makan semua orang. Namun, di tengah hiruk pikuk obrolan dan tawa, ada satu sosok yang terdiam. Gadis kecil itu duduk di ujung meja, matanya tertuju pada hidangan lezat yang terhidang di hadapannya. Bibirnya mengerucut, menahan keinginan untuk mencicipi hidangan yang menggoda itu. Dia alergi udang. Meskipun hidangan lain tersaji di meja, hati gadis kecil itu terasa hampa. Dia hanya bisa memandang dengan iri teman-temannya yang menikmati hidangan lezat itu. Senyumnya terasa hambar, tertekan oleh rasa ingin tahu yang tak terpenuhi. Di tengah suasana meriah, ada kesunyian yang menyelimuti gadis kecil itu. Kesunyian yang dipenuhi kerinduan untuk merasakan nikmatnya hidangan yang tak bisa disentuhnya. Kesunyian yang menjadi pengingat akan batasan yang tak bisa dihindari. Namun, di balik kesunyian itu, ada kekuatan yang tersembunyi. Kekuatan untuk menerima, untuk bersabar, dan untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Kekuatan untuk menghargai apa yang ada, dan untuk menemukan keindahan dalam kesederhanaan. Di tengah aroma udang yang menggoda, gadis kecil itu menemukan ketenangan dalam dirinya sendiri. Ketenangan yang lahir dari penerimaan dan kekuatan batin. Ketenangan yang menjadi cahaya di tengah kesunyian.