Perkembangan Ekonomi Indonesia Pasca Kemerdekaan

Pada masa Demokrasi Liberal, perkembangan ekonomi Indonesia masih sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pelaksanaan kolonial, eksploitasi sumber daya alam pada masa pendudukan Jepang yang berorientasi pada kepentingan perang, dan peperangan yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Penyebab kekacauan ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal antara lain sebagai berikut: 1) Pemerintahan zaman penjajahan Belanda tidak mewariskan nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional. 2) Kurangnya pengalaman dalam menata ekonomi secara baik, serta kekurangan tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai. 3) Pertumbuhan jumlah penduduk yang besar. 4) Masalah pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah. Pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah ekonomi pada masa Demokrasi Liberal. Upaya-upaya tersebut meliputi kebijakan Gunting Syafruddin, sistem ekonomi gerakan benteng, dan sistem ekonomi Ali-Baba. Namun, perubahan struktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia tidak berjalan semudah yang direncanakan. Pada masa Demokrasi Parlementer, kehidupan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan. Jumlah penduduk di kota-kota bertambah, tingkat kesejahteraan meningkat, dan perkembangan kota-kota semakin pesat. Sebelum pemilu tahun 1955, pemimpin negara seperti Presiden Soekarno dan Moh. Hatta sering memberikan pemahaman politik kepada masyarakat. Sosialisasi terus dilakukan melalui surat kabar dan media lainnya. Kesimpulan: Perkembangan ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan mengalami berbagai tantangan. Meskipun pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah ekonomi, perubahan struktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional masih menghadapi kendala. Namun, pada masa Demokrasi Parlementer, kehidupan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan.