Menunggu Namaku Dipanggil **

** Di tengah hiruk pikuk kehidupan, terkadang kita merasa terlupakan. Seperti debu yang tertiup angin, keberadaan kita seakan tak berbekas. Namun, di balik rasa itu, ada sebuah keyakinan yang tertanam dalam hati: suatu saat, nama kita akan dipanggil. Bayangkanlah sebuah panggung megah, dihiasi cahaya sorot yang menyilaukan. Di sana, sebuah suara menggema, membacakan nama-nama yang terukir dalam lembaran sejarah. Nama-nama pahlawan, penemu, seniman, dan semua jiwa yang pernah mewarnai dunia. Saat nama-nama itu dibacakan, hati berdebar. Apakah namaku akan disebut? Apakah aku akan mendapatkan tempat di panggung kejayaan itu? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar dalam benak, menggerogoti rasa penantian. Namun, di tengah kegelisahan, ada ketenangan yang terpancar. Ketenangan yang berasal dari keyakinan bahwa setiap jiwa memiliki peran dalam tatanan semesta. Setiap langkah, setiap tindakan, setiap kata, akan diukir dalam lembaran sejarah, menunggu saatnya untuk dibacakan. Mungkin saat itu belum tiba. Mungkin namaku belum terukir dengan tinta emas. Tapi, aku tak akan menyerah. Aku akan terus melangkah, terus berkarya, terus menorehkan jejak di bumi ini. Karena aku tahu, suatu saat, namaku akan dipanggil. Saat itu, aku akan berdiri tegak, dengan kepala terangkat tinggi, menerima panggilan itu dengan penuh kebanggaan. Karena aku telah hidup, telah berjuang, telah memberikan yang terbaik untuk dunia ini. Dan di saat itu, aku akan merasakan kebahagiaan yang tak terhingga, karena namaku telah diukir dalam lembaran sejarah, dan aku telah menemukan tempatku di panggung kejayaan.